Kota Jambi, Oerban.com – Situasi nasional pandemi Covid-19 nyatanya tidak memperlihatkan penurunan yang signifikan. Bahkan berdasarkan riset Bloomberg, di atas rata-rata negara di dunia, Indonesia memerlukan waktu 10 tahun atau lebih untuk bisa mengatasi kondisi ini. Meskipun hal tersebut mendapat respon berbeda dari tokoh politik Indonesia. Kepala staf kepresidenan, Moeldoko, misalnya merespon hal itu dengan pernyataan yang berbeda ” Nggak lah, itu berlebihan. Suruh belajar kesini dulu lah Bloomberg itu” kata beliau seperti dikutip beberapa media.
Disisi lain, dikutip dari kumparan.com, angka positif Covid-19 di Indonesia telah menembus angka diatas satu juta orang, tepatnya 1.174.779 orang pada (09/02). Meskipun vaksin Covid-19 telah masuk dan diujicobakan pada beberapa pejabat serta tenaga kesehatan, hal ini tidak lantas membuat kita dapat merasa aman dari penularan pandemi ini. Pilihan untuk melaksanakan anjuran 3m (mencuci tangan, memakai masker, serta menjaga jarak) merupakan pilihan yang perlu untuk terus diterapkan. Evaluasi sistem kebiasaan hidup baru juga harus diiringi dengan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.
Kondisi sosial, politik, ekonomi, Indonesia pun harus mengalami perubahan. Tingginya angka putus kerja, pengangguran, hingga angka perceraian mewarnai publik pemberitaan akhir-akhir ini yang tentu saja membuat berbagai ketakutan baru.
Pengalaman Swab PCR
Gerbang awal perkenalan seseorang dengan tes swab pcr barangkali berbeda-beda. Sebagian orang melakukannya karena persyaratan hendak bepergian ke luar kota, keinginan pribadi untuk mengetahui ia terbebas dari korona atau tidak, serta akibat kontak langsung dengan pasien yang pernah dinyatakan positif Covid-19.
Pengalaman penulis melakukan swab pcr dikarenakan alasan terakhir. Karena berkontak langsung dengan penderita orang tua (ayah) yang pernah dinyatakan positif dan dirawat selama dua minggu di RSUD Raden Mattaher pada akhir Januari lalu.
Mula-mula, setelah mengetahui ayah positif, lalu diminta untuk isolasi mandiri di rumah di kelurahan Penyengat Rendah selama 14 hari. Dalam masa tersebut, mendisiplinkan diri untuk membiasakan hidup bersih dan sehat memang sebuah keharusan, tidak keluar rumah, mengkonsumsi buah, sayur, serta makanan yang sehat dilakukan setiap hari.
Dalam rentang waktu tersebut, pihak puskesmas terdekat menghubungi berdasarkan data yang diterima dari rumah sakit. Pemberitahuan identitas KTP dan KK disampaikan pada pihak puskesmas, juga mempertanyakan keluhan umum gejala terjangkit virus seperti batuk, flu, hilangnya indera penciuman, tenggorokan sakit dll. Namun, tanda-tanda tersebut tidak ada yang muncul. Tak lama setelah itu, pihak puskesmas menghubungi kembali menanyakan kesediaan untuk menjalani tes swab pcr.
Rabu, (10/02) tes swab pcr dilakukan di puskesmas Simpang Kawat, Kota Jambi. Kondisi puskesmas yang cukup ramai dengan parkiran mobil dan motor. Tampak para tenaga medis menggunakan seragam APD dan tempat khusus administrasi bagi para pasien swab pcr. Setelah di konfirmasi, rata-rata memang telah berkontak langsung dengan pasien yang dinyatakan positif. Mulai dari anak-anak hingga lansia, terpantau tak kurang dari 10 orang telah berganti giliran untuk melaksanakan swab.
Setelah mengambil nomor antrian dan menyerahkan foto copy KTP, barulah dipanggil dan menuju ruang khusus tes yang berada dibalik tempat administrasi. Kursi disediakan bagi dua pasien. Deretan cairan berwarna merah pada wadah khusus pipih panjang tampak berbaris dengan nama masing-masing.
Sebelum melakukan tes, dua orang tenaga kesehatan yang bertugas, menanyakan apakah pernah melakukan tes swab sebelumnya. Lalu, dilanjutkan dengan memberi aba-aba membuka mulut sedikit lebar sambil mengucapkan huruf “a” dengan panjang. Seorang petugas memasukkan satu alat berwarna putih panjang untuk mengambil cairan yang ada di kerongkongan. Posisi tubuh harus relax dan tenang. Setelah itu, petugas mengambil alat yang baru, sama seperti sebelumnya untuk dimasukkan kedalam rongga hidung. Saat dimasukkan ke dalam rongga hidung, kita diminta bernafas melalui mulut dan tidak menahan alat tersebut.
Rasa tersedak di hidung dan rasa menelan alat yang keras akan dirasakan setelah melakukan tes ini. Tak heran, beberapa orang dewasa terlihat mengeluarkan air mata bahkan berwarna merah setelah melakukan tes. Anak-anak bahkan menangis setelah melakukan tes tersebut. Meskipun begitu, hasilnya tidak bisa diketahui langsung. Tetap berpikir positif dan menerapkan hidup bersih dan sehat sementara merupakan pilihan yang bijak.
Editor : Renilda Pratiwi