Oleh: Ahmad Fadil*
Oerban.com – Pemerintah Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menerapkan efisiensi anggaran pendidikan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang Penghematan Belanja dalam Pelaksanaan APBN dan APBD Tahun 2025. Kebijakan ini mencakup pemangkasan anggaran di berbagai lembaga dan kementerian, yang secara keseluruhan menghemat dana hingga Rp306,69 triliun.
Pemangkasan anggaran tersebut ditetapkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, melalui Surat Nomor S-37/MK.02/2025 yang diterbitkan pada 24 Januari 2025. Kebijakan ini memungkinkan efisiensi dalam anggaran dinas. Namun, pemangkasan ini juga berdampak pada sektor pendidikan, termasuk anggaran untuk riset.
Lembaga riset nasional Indonesia BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) mengungkapkan bahwa mereka terkena imbas dari efisiensi anggaran ini. Pada tahun 2025 BRIN menerima pemangkasan sebesar 2.074 Triliun yang berarti mendapat dipangkas 35,50% dari tahun sebelumnya sebesar 5,842 Triliun. BRIN mengungkapkan bahwa penurunan biasa riset yang diturunkan ini tidak dibarengi dengan penurunan beban kinerja dan malah ada peningkatan tuntutan beban kinerja.
Ahmad Fadhil, Sekretaris Kebijakan Publik (KP) KAMMI Sultan Thaha sekaligus mahasiswa Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi, menyatakan bahwa pemangkasan anggaran riset tidak selaras dengan salah satu dari empat pilar menuju Indonesia Emas 2045, yaitu Pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurutnya, peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi harus didukung oleh fasilitas yang memadai.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh SINDONEWS, jumlah publikasi jurnal di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, meskipun sempat menurun pada 2022. Data tersebut mencatat jumlah publikasi sebagai berikut: 2015 (8.624), 2016 (12.754), 2017 (21.677), 2018 (35.156), 2019 (48.246), 2020 (51.721), 2021 (52.079), dan 2022 (43.300). Meskipun terjadi penurunan pada 2022, secara keseluruhan tren riset dan publikasi jurnal tetap mengalami pertumbuhan.
Fadhil menegaskan bahwa untuk mewadahi kebutuhan riset di bidang sains dan teknologi diperlukan wadah yang baik dan fasilitas yang memadai.
Adapun Solusi yang tawarkan yaitu:
- Efisiensi tetap dilakukan dengan target kementeriannya diubah yang urgensinya tidak lebih tinggi seperti KEMENHAN dan POLRI dikarenakan saat ini geopolitik lebih fokus ke perang dingin atau perang perdagangan ketimbang perang senjata.
- Peningkatan mutu pendidikan dan riset sehingga masyarakat menjadi tercerdaskan agar menjadi personal yang mandiri secara ekonomi sehingga dapat menambah pemasukan negara dan mengurangi beban negara.
Jika kualitas riset ditingkatkan, kekuatan militer juga dapat berkembang. Contohnya, dengan melakukan riset teknologi militer secara mandiri, Indonesia dapat mengurangi biaya pengadaan senjata sekaligus membangun kemandirian dalam pertahanan. Dengan demikian, Indonesia bisa menjadi negara besar yang kuat secara militer tanpa harus bergantung pada negara lain.
“Tidak ada negara maju tanpa pendidikan yang keras” – Jusuf Kalla
*Penulis merupakan Sekertaris KP KAMMI Sultan Thaha UNJA.