Oleh : Ghina Syauqila
Sarjana Psikologi Universitas Jambi
Sahabat, tahukah kamu bahwa anak usia dini menggemari permainan pura-pura? Permainan pura-pura atau pretend play ini merupakan permainan hasil konstruksi imajinasi anak, di mana dalam permainan ini anak bebas berperan menjadi apapun yang ia inginkan. Seperti menjadi robot, menjadi dokter, polisi, penjahat, bajak laut, putri raja, koki, bahkan berbagai macam benda seperti mobil, pohon, dan lain-lain. Lalu, apakah Sahabat tahu manfaat pretend play pada anak usia dini?
Pretend play ialah sebuah cara bermain yang langsung melibatkan anak dalam situasi sosial sesungguhnya, di mana pretend play ini nantinya akan menyuguhkan proses pembelajaran baru bagi anak, seperti mengasah kemampuan problem solving, sikap empati, dan penerimaan dari diri anak terhadap kehadiran orang lain melalui pengalaman nyata yang bermakna.
Pada pretend play ini, anak dapat menguasai bahan-bahan pembelajaran dengan mengembangkan imajinasi yang didukung dengan adanya jenis-jenis peralatan yang diperlukan (Solikhah, 2019). Metode pretend play dapat memupuk daya cipta dan mengasah kreativitas, terampil dalam merespon suatu hal, bertindak spontan, serta memperkaya wawasan, dan menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam menyikapi problematika sosial.
Pretend play juga dapat diartikan sebagai permainan pura-pura yang dapat diimple-mentasikan sebagai salah satu metode efektif dalam pembelajaran anak (Somantri, 2012). Pretend play dapat dicontohkan dengan permainan meniru pengalaman-pengalaman hidup dan berpura-pura memerankan berbagai macam peran, seperti polisi dan perampok, pelayan restoran dan pengunjung restoran, tuan putri dnan peyihir, dan sebagainya, berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar dan mereka lihat (Hurlock, 1980).
Dalam kaitannya dengan proses perkembangan kognitif anak, pretend play bisa menjadi suatu teknik alternatif efektif yang dapat digunakan. Kognitif merupakan perolehan, penyusunan, dan penggunaan wawasan yang menangkup perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pemecahan masalah, pengolahan informasi, dan keyakinan.
Pretend play mempunyai pengaruh positif yang cukup banyak terhadap perkembangan kognitif anak, yaitu memupuk daya cipta, karena pretend play dilakukan dengan kreasi siswa masing-masing memainkan perannya, merangsang siswa untuk menjadi lebih terampil dalam menanggapi suatu hal dan bertindak secara spontan, tanpa memerlukan persiapan dalam waktu lama dan memperkaya pengetahuan, sikap, dan kapabilitas, serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik (Solikhah, 2019).
Menurut Aulina (2015), metode pretend play pada anak usia dini telah banyak membentuk karakteristik anak yang diperoleh melalui cara belajar anak yang mampu lebih berkonsentrasi, melatih imajinasi, membaca ide-ide baru, dan meningkatkan kontrol atas dunianya sendiri dengan pretend play ini. Pretend play yang melibatkan imajinasi dalam masa sensitif berkontribusi tinggi terhadap aspek perkembangan sosial dan kognitif. Hal ini menunjukkan bahwa usia dini adalah saat yang tepat untuk memberikan metode bermain pura-pura atau pretend play karena anak bisa mengembangkan kemampuan kognisi, memahami orang lain, dan memiliki kemampuan interpersonal mereka (Murdianti & Kaloeti, 2019).
Catron, dalam Sofyan (2015), menyebutkan bahwa bermain pada anak usia dini, termasuk salah satunya adalah pretend play bermanfaat untuk mengembangkan pemahaman anak tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan sosialnya. Anak juga dapat mengetahui dan memahami tingkat kemampuannya yang akan membantu mereka mengembangkan konsep dirinya dengan positif secara nyata.