Solok, Oerban.com – Indonesia merupakan negara terbesar keempat yang memproduksi biji kopi setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Hal ini membuat produk kopi kita memiliki keunggulan dalam volume produksi dibandingkan negara lainnya. Selain penyumbang devisa kopi juga komoditi penting penyumbang pendapatan daerah. Kabupaten Solok Selatan merupakan penghasil kopi kedua terbesar di Sumatera Barat setelah Kabupaten Solok.
Salah satu faktor penentu mutu kopi adalah proses pascapanen. Oleh karena itu Balai Pelatihan Pertanian Jambi bekerja sama dalam sinergi dengan Dinas Pertanian Solok Selatan menyelenggarakan pelatihan pascapanen kopi. Pelatihan ini berlangsung 3 hari mulai tanggal 21 – 23 Januari 2021. Setelah pembukaan dan materi pelatihan di kelas, sebanyak 30 orang peserta yang didominasi oleh petani milenial tersebut melakukan praktek pascapanen kopi. Kegiatan praktek dilakukan di UKM Camintoran Jorong Bukit Malintang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Irwandi selaku fasilitator dan pelaku usaha pengolahan kopi yang sudah merintis sejak tahun 2013 menjelaskan secara rinci sambil mempraktekkan proses pengolahan kopi dimulai dari panen, sortasi, dan pengolahan basah dan Kering. Irwandi menyampaikan pengolahan basah dengan metode full wash dan semi wash sedangkan pengolahan kering dengan metode natural dan honey dimana karekteristik yang dihasilkan berbeda yang banyak diminati penikmat kopi.
“ Harapan ke depan kami kepada Bapeltan Jambi agar pelatihan ini berlanjut sehingga muncul brand – brand kopi baru produk kopi unggulan dan memperkenalkan kekhasan kopi dari Solok selatan,” ungkap Irwandi.
Aang Kurniawan selaku fasilitator juga menyampaikan proses pascapanen kopi sampai pengemasan proses pengemasan, “Pelatihan ini melibatkan lima kelompok tani yang diharapkan nanti dapat memotivasi para petani untuk melakukan pengolahan kopi dari cherry sampai green been dengan baik sehingga tetap mempertahankan mutu kopi.” Kata Aang.
Generasi milenial terus menjadi target untuk mendongkrak kualitas SDM Pertanian. Penumbuhan petani milenial bertujuan bagaimana untuk menumbuhkembangkan wirausaha muda pertanian.
“Petani milenial adalah petani yang berusia 19-39 tahun atau yang berjiwa milenial yang adaptif dalam pemahaman teknologi digital, sehingga tidak kaku dalam melakukan identifikasi dan verifikasi teknologi,” ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi.
Regenerasi petani menjadi hal yang penting dan utama sekarang ini. Menteri Pertanian RI, Syahril Yasin Limpo, mengharapkan generasi milenial berani menjadi seorang petani atau mendirikan start up di bidang pertanian.
Penulis: Yunisa TS