email : [email protected]

24 C
Jambi City
Monday, November 25, 2024
- Advertisement -

Dakwah Lewat Tulisan, Siapa Takut!

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Beruntungnya kita yang hari ini masih mempercayai tawaran gagasan religi sebagai solusi permasalahan. Meskipun secara kasat mata agama tidak bisa ditafsirkan sebagai sesuatu yang berwujud, namun, ada kenyataan secara batiniah bahwa manusia memerlukan unsur-unsur pokok Ruhani yang berkaitan dengan ketuhanan.

Dalam proses penyebarannya, agama pun telah mengalami kontemplasi. Disampaikan dari satu orang ke orang lain atau biasa disebut dakwah. Dakwah secara harfiah berarti seruan, ajakan, atau dorongan agar orang lain meyakini dan mengamalkan aqidah Islamiyyah. Dalam Sirah Nabawiyah, berbagai aktivitas dakwah Rasulullah tercatat dengan detail. Mulai dari semasa ia kecil, remaja, dewasa, menikah, hingga menjadi nabi.

Berbagai metode dakwah pun ia cecapi. Mulai dari sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan. Dewasa ini, kita memahami dakwah dengan aspek yang lebih luas. Mulai dari pengajaran, dakwah dengan lisan, hingga dakwah dengan tulisan. 

Dakwah dengan tulisan

Apa yang terlintas pertama kali ketika mendengar istilah “tulisan”. Sulit? Berat? Tidak mampu? Harus dari orang yang ahli? Atau bahkan hanya orang-orang tertentu?

Harus menulis banyak buku, influencer atau harus punya pengalaman segudang. Jika iya, buang jauh-jauh pemikiran ini.

Tidak banyak yang tahu jika menulis itu termasuk Sunnah yang diperintahkan oleh Rasulullah, dan sangat sedikit kaum muslim yang sadar.

Di era teknologi saat ini, siapa yang hari ini masih tidak memiliki akun Instagram? Facebook? Atau WhatsApp? Rata-rata kita tentu punya bukan? Nah ini bisa jadi sarana siapa saja untuk berdakwah melalui tulisan. Hari ini kita tidak bisa ditunggu, kita yang harus mengejar, kita yang harus berpacu, kita yang harus menyemangati diri untuk belajar.

Begitu juga dakwah kita. Kita tidak bisa lagi mengandalkan dauroh-dauroh/ kajian di masjid seperti dulu karena pandemi. Maka salah satu sarana yang tepat untuk bisa kita menjelaskan Islam lebih luas adalah tulisan.

“Nun, perhatikanlah Al-Qalam dan apa yang dituliskannya” (Q.S. Al-Qolam:1) ayat Allah ini mengartikan satu konsep yang dapat digunakan untuk berdakwah yaitu dengan menulis.

Banyak ulama dan tokoh Islam yang menghasilkan karya besar melalui penanya (tulisan). Mereka juga mampu menggetarkan dunia sebagai hasil ketekunannya membaca dan menulis. Siapa yang tak kenal Yusuf Qardhawi, Sayyid Qutb, Hasan Al-Banna, Buya Hamka, Dr. Adian Husaini, serta penulis 

Sastra islami Indonesia seperti Habiburrahman El shirazy, Asma Nadia di Indonesia saat ini.

Sayangnya, tradisi itu seakan hilang begitu saja. Kini, ketika dunia memasuki abad informasi konon siapapun yang menguasai informasi akan unggul dalam persaingan umat Islam justru tertinggal. Nyaris seluruh berita yang kita baca di media cetak, dan kita lihat di televisi bersumber dari kantor berita asing.

Berdakwah melalui tulisan menjadi suatu keharusan di Era Digital Informasi saat ini. Bahkan telah menjadi kebutuhan umat islam karena dakwah lewat tulisan lebih efektif dan efisien. Mengapa? Ini alasannya:

  1. Tidak terbatasi oleh waktu.

Dilihat dari segi waktu, dakwah lewat tulisan sangat fleksibel. Artinya, mad’u dan dai tidak harus bertemu dalam satu waktu. Selain itu, materi dakwah juga awet karena berupa tulisan. Bila mad’u lupa dengan pelajaran yang pernah dibaca, ia bisa mencarinya kembali, Berbeda dengan dakwah Bil-lisan. Tidak berlebihan bila sebuah pepatah mengatakan, Ilmu ibarat binatang ternak sedangkan tulisan adalah tali kekangnya.

  1. Bisa menjangkau daerah yang luas.

Dakwah melalui tulisan dapat disebarkan secara luas tanpa terbentur faktor geografis. Karena mad’u (objek dakwah) tidak harus bertatap muka dengan dai (penyampai dakwah) yang ada di suatu tempat tertentu.

  1. Keakuratan isi dakwah lebih terjamin.

Berdakwah melalui lisan besar kemungkinan melakukan suatu kesalahan atau kekhilafan, baik isi maupun dalil-dalil yang digunakan. Ini karena dakwah lisan hanya berpegang pada ingatan yang sifatnya terbatas. Kata-kata yang diucapkan pun seringkali tidak efektif.

Berbeda dengan dakwah melalui tulisan. Materi yang disajikan diambil dari sumber-sumber yang tepercaya. Dalam penyusunannya kita bebas membuka dan membolak-balik buku yang tidak mungkin dilakukan dalam dakwah lisan. Hal ini membuat materi yang disampaikan lebih akurat. Kata-kata yang disajikan pun telah dikoreksi berulang-ulang agar efisien dan mudah dicerna pembaca.

  1. Inspirasi dari Para Ulama

Kiranya masih banyak kelebihan lain yang tidak mungkin dipaparkan dalam tulisan singkat ini. Lalu, mengapa kita tidak mencoba jalan ini dan turut bergabung dengan barisan orang-orang yang berjuang menegakkan agama-Nya?

Coba kita bayangkan pahala yang diterima para penulis Al-Quran terdahulu seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab,Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabbit, Amr bin Ash, Abdullah bin Rawahah, Muhammad bin Maslamah, Mu’adz bin Jabal, Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, dan para sahabat lainnya. Dari goresan merekalah, Al-Quran yang sekarang kita baca diriwayatkan.

Kita juga harus kagum dengan perawi hadits seperti Imam Muslim, Imam Tirmidzi, Imam Buhari, dan sebagainya. Ketika hadits yang mereka riwayatkan melalui tulisan digunakan untuk berdakwah, Belum lagi seperti kitab Ihya Ulumudin karya Imam Ghazali, Tafsir Al-Azhar Karya Buya Hamka, Kitab Al-Umm karya Imam Syafi’i dan kitab-kitab lainnya yang menjadi rujukan kita dalam berdakwah. Maka pahala bagi mereka terus mengalir walau jasadnya telah tiada.

Bagaimana memulai dakwah dengan tulisan

Nah lalu bagaimana dengan kita? 

Apa yang bisa kita lakukan dengan dakwah lewat tulisan?

Pertama, Jika pemilik sosial media, gunakan akun sosial media mu untuk berdakwah hiasi dengan konten dakwah.

Kedua, jika kamu penulis blog, penulis artikel, cerpenis, esais, penyair, menulislah dengan muatan dakwah di dalamnya. Memang, di awal menulis kita akan ketemu kondisi dimana, tulisan kita mungkin tidak disukai orang, atau bahkan diejek. Bukan masalah, karena dalam menulis juga berlaku proses, passion menulis itu bukan harga mati. Ada banyak orang diluar sana sekarang yang sedang membangun karir menulis, selalu menyediakan waktu setiap hari untuk konsentrasi menulis, entah tulisannya di terima atau tidak. Yang penting ya, menulis.

Ketiga, dukung konten tulisan dakwah. Atau para pendakwah. Hari ini, kita banyak melihat berbagai konten tulisan yang mengarahkan orang-orang jauh dari pemikiran Islam. Mereka semua memiliki banyak pendukung, karena satu hal, mereka penulis. Mereka bisa mencari pembenaran atas apa yang mereka tulis. Maka, kita sebagai muslimah, akankah berdiam diri, sampai kapan kita akan begini-begini saja. Angkat kepala, tuliskan lah!. Jika tidak bisa menulis dalam bentuk yang menarik, dalam caption yang panjang, coba dulu hal hal yang sederhana. Temukan satu role model menulis, perbanyak membaca, respon isu, sampaikan kepada publik. Jika konsisten, insyaAllah, akan banyak manfaat yang kita bisa berikan.

Sudah saatnya masa kejayaan umat Islam melalui tinta yang dituliskan berdasarkan kondisi saat ini menjadi sebuah metode dalam berdakwah. Para pendakwah pun harus sadar, dalam setiap apa yang ia tuliskan, terdapat tanggung jawab yang begitu besar.

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru