Jakarta, Oerban.com – CEO Tesla Elon Musk memang menjadi tokoh dunia yang sedang naik daun karier pencapaiannya, banyak para tokoh di tingkat nasional maupun internasional yang menyoroti kesuksesan pebisnis sekaligus penemu asal Amerika tersebut.
Seperti Politikus asal PKS Mardani Ali Sera, yang menyatakan jika Indonesia mesti belajar bagaimana pendidikan menghasilkan Elon Musk, hal itu menurutnya menjadi sebuah pertanyaan tersendiri.
Lebih lanjut, Mardani mengingatkan jika 8 tahun yang lalu kesempatan untuk Indonesia sebenarnya telah datang, “kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah di bidang mobil terbuka lebar, Pak Dahlan Iskan sudah mulai merintisnya, tapi kita tau seperti apa nasib beliau kemudian,” Kata dia di akun twitter pribadi pada Selasa (23/2).
Saat ini dunia memang mulai beralih ke kendaraan listrik, jadi untuk itu kata Mardani, jangan sampai Indonesia kembali kehilangan momentum. Yang pada akhirnya hanya jadi tuan rumah bagi tamu asing.
Menurut Mardani, pemerintah perlu menyadari jika industri tersebut akan terus berkembang pesat. Jika dulu hanya bisa 50 km sekali Charger, lalu 120 km, maka bukan tidak mungkin 2 tahun ke depan bisa 100 km sekali charger.
Menghitung dari penggunaan BBM, produksi minyak tidak akan cukup jika kesejahteraan rakyat bertambah, karena akan ada pertambahan 5 juta sepeda motor juga dalam setahun menurut Mardani.
“Berapa banyak memerlukan bensin, sementara produksi minyak kita tidak cukup yang artinya impor BBM mesti terus dilakukan. Artinya perubahan pola konsumen ada di depan mata,” Ujarnya.
Tesla sendiri adalah momentum untuk memprioritaskan pendidikan yang berkualitas, utamanya Sumber Daya Manusia (SDM).
“Cetak biru pendidikan mesti Indonesia punya. Mulai dari mana, mau dibikin seperti apa, merupakan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab. Kita perlu mendorong generasi muda kita sebagai inovator dan sebagai pencipta,” Jelas Mardani.
Perlu menjadi catatan, Kajian Bank Dunia mengatakan bangsa kita functionally illiterate. Bisa membaca tapi tidak mengerti apa yang dibaca.
“Kondisi yang menunjukkan SDM Indonesia masih jauh dari kata unggul. Pembenahan dapat dimulai dari pendidikan literasi dan numerasi,” Ucap Mardani.
Jika ingin lebih serius, Mardani menyarankan pembenahan dilakukan mulai dari dasar. Kemudian baru menyusun rasio di bidang pendidikan.
“Mungkin ke depan memerlukan lebih banyak lulusan fakultas eksakta dalam rasio tertentu. Contoh, dengan jumlah penduduk sekitar 200 jutaan, perlu berapa ratus ribu sarjana elektro,” Kata Mardani memberikan saran.
“Kita harus punya berapa lulusan fisika, sarjana nuklir, biologi, sampai kedokteran, Ini yang harus segera kita temukan. Setelah itu, bisa mulai taruh di peta universitas kita. Tapi ini belum bicara alokasi fisik sampai kualitas,” Lanjutnya.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini