Oleh : Siti Aisyah
(Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi)
Muaro Jambi, Oerban.com – Jauh sebelum kata “insecure” menjadi salah satu kata yang umum didengar, hingga semakin dikenal karena menjadi salah satu inti permasalahan di sebuah film yang sempat rilis dan booming di tahun lalu.
Ya, film imperfect yang diperankan oleh Jessica Mila dan Reza Rahardian yang mengusung isu seputar penampilan fisik seorang perempuan. Kondisi sosial hari ini, memang dipengaruhi oleh sosial media. Akibatnya, apa-apa yang menjadi standar, termasuk kecantikan juga mendapat pengaruh.
Meski definisi kecantikan itu luas, namun, pada kenyataannya secara tidak sadar kita telah dibuat untuk sepakat, bahwa cantik bagi seorang perempuan ialah mereka yang memiliki postur tubuh kurus, tinggi, putih dan glowing. Semua itu, disebabkan oleh pengaruh citra media yang melakukan promosi dalam memasarkan produk kecantikan.
Hasilnya, produk dengan berbagai bunuh tersebut banyak digandrungi, bahkan selalu muncul varian baru. Kondisi ini, kembali membuat sebagian perempuan merasa “insecure” dengan dirinya. Kata insecure sendiri sebenarnya memiliki arti rasa tidak aman, atau merasa diri selalu kurang dalam membandingkannya dengan orang lain.
Dalam psikologi, hal ini dapat memicu kondisi kesehatan mental yang buruk. Paling parah bahkan dapat menyebabkan seseorang bunuh diri. Meskipun bentuknya bukan hanya merasa rendah dalam hal fisik, tetapi juga prestasi, materi, hingga privillage tertentu yang dimiliki seseorang.
Lalu, bagaimana seorang muslim seharusnya bersikap jika ia dihadapkan dengan kondisi demikian?
Ternyata, Islam sebagai agama yang syamil mutakammil telah memiliki ketentuan atas apa dan bagaimana kita sebagai seorang mahluk. Allah SWT tidak memandang makhluknya dari apa yang ia miliki, tetapi manusia dinilai di sisi-Nya dari keimanan yang ia miliki.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian” (HR.Muslim Ahmad Ibnu Majah)
Insecure biasanya disebabkan oleh perbuatan membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dalam hal ini, yang perlu kita bandingkan seharusnya ia pengetahuan dan ilmu agama, bukan yang lain. Perkecil atau hapuskan kegiatan membandingkan diri dengan orang lain, bandingkan diri kita dengan diri sendiri di masa lalu.
Selalu ingat bahwa Allah menciptakan makhluknya dengan keragaman potensi. Kita mungkin lemah dalam satu hal, tetapi percayalah Allah pasti melebihkan kita dalam hal yang lain, meskipun secara fisik mungkin kita berbeda.
Sebagai seorang muslim, kita melawan hal itu dengan senjata; bersyukur. Merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan dan tidak merasa rendah dari orang lain. Bukankah ketika kita bersyukur akan Allah tambahkan?
Editor : Renilda Pratiwi