Jakarta, Oerban.com – Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Andi Akmal Pasluddin, meminta pemerintah meningkatkan kewaspadaannya terhadap stabilisasi pangan bukan saja terhadap ketersediaan di pasaran.
Meski kondisi pasar terlihat baik-baik saja, kata Akmal, akan tetapi banyak rakyat pelaku produksi perikanan mengalami gangguan terhadap stabilitas ekonominya.
“Saya memperhatikan dan juga banyak mendapat laporan terkait peningkatan importasi pangan di awal kuartal tahun ini. Komoditas strategis pangan hampir semua mengalami kenaikan importasi, mulai dari medium hingga signifikan, seperti garam, gula, kedelai, jagung dan bawang putih,” kata Akmal seperti dilansir laman Fraksi PKS.
“Ditambah lagi untuk komoditas perikanan pada Pertengahan Maret 2021, harga meningkat antara 14% hingga 25%. Keadaan ini dapat dipastikan ada sebagian masyarakat yang mengalami gangguan, baik pelaku produksi maupun konsumsi”, sambungnya.
Politisi PKS asal Sulawesi Selatan II ini, mendapat laporan sejumlah nelayan di dapilnya mengatakan sudah beberapa pekan ini terjadi kelangkaan ikan tertentu seperti ikan kembung, ikan cakalang, ikan kuwe dan ikan baby tuna. Ditambah dengan situasi di laut yang menguji para nelayan untuk bersabar disebabkan betapa sulitnya mendapatkan jenis ikan tertentu.
Berkaitan dengan komoditas pangan lain, dari sektor kelautan adalah garam yang semakin hari, importasi semakin tinggi, Akmal mengingatkan bahwa kuartal awal tahun ini di banding kuartal tahun lalu telah terjadi kenaikan sebesar 54,02%.
Polemik Impor garam ini menurut akmal tidak ada trobosan yang signifikan baik, dari sisi industrialisasi maupun dari sisi pembinaan produksi garam rakyat sehingga terjadi peningkatan kualitas yang signifikan. Inilah penyebab utama, menurutnya, bahwa impor garam tidak berujung penyelesaiannya. Polemik masih seputar garam industri dan garam Konsumsi.
Begitu juga Gula, tambah Akmal, persoalannya lebih kompleks dibandingkan dengan garam. Saat ini, kenaikan importasi sangat signifikan yakni 1,93 juta ton atau naik 42,96% dibandingkan dengan periode Januari-Maret 2020. Kuartal awal tahun lalu, importasi gulatercatat sebanyak 1,34 juta ton.
“Persoalan Gula lebih rumit lagi dari garam. Selain kelembagaan, Lahan, Sarana prasarana produksi hingga tata niaga, semua memiliki kerumitan tersendiri. Perlu ada evaluasi mendalam setiap komoditas pangan agar terjadi kemajuan bertahap tapi pasti. Saat ini semua serba tidak pasti pada tata kelola pangan nasional ini,” Jelasnya.
Oleh karena itu, Akmal meminta pemerintah selalu meningkatkan kewaspadaan dari waktu ke waktu pada persoalan pangan ini. Karena kedepannya, menurut Akmal, Negara yang unggul adalah yang tahan terhadap kebutuhan pangan, energi, kesehatan, Teknologi dan Informasi.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini