Yogyakarta, Oerban.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh pernyataan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X yang menegaskan perlunya pendekatan budaya untuk men-support sektor pertanian. Hal ini disampaikan secara virtual pada The 2ND Milenial Indonesian Agro Preneurs Expo 2021 yang diinisiasi Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) di Atrium Plaza Ambarukmo Yogyakarta, 12-13 Juni 2021.
“Budaya adalah salah satu cara dalam implementasi teknologi pertanian. Implementasi tersebut akan melahirkan kebiasaan yang akhirnya menjadi budaya. Alsintan menjadi budaya untuk meningkatkan produktivitas,” tutur Sri Sultan dalam sambutannya.
Dalam konteks membangun sektor pertanian Sri Sultan menilai harus dilakukan pendekatan kebersamaan sinergisitas dan harmonisasi antara desa dengan kota. “Desa identik dengan pangan. Desa kalau pertaniannya baik akan men-support perkotaan. Begitu juga teknologi yang dibangun untuk membangun pertanian,” ujarnya.
Sayangnya, kata dia, saat ini milenial lebih tergiur pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka memilih kota untuk mengadu nasib dengan kondisi seadanya . Desa yang ditinggalkan kemudian menjadi sunyi.
Di sisi lain, stigma petani yang belum baik membuat anak muda pergi ke kota dan meninggalkan pertanian desa. Tapi ketika pandemi, desa yang mensubsidi anak-anak muda di kota. “Orangtua mereka di desa men-support anak-anak mereka melalui hasil pertanian desa,” ujarnya.
Saat pandemi, desa mensubsidi kota. Desa kembali diandalkan untuk membantu perekonomian kota. “Desa adalah masa depan bagi bangsa jika kita mau serius mengurusinya. Pertanian adalah ujung tombaknya,” tutur Sri Sultan.
Menurutnya salah satu pendekatan yang cukup penting dari penyelenggaraan event tersebut adalah kolaborasi teknologi dan kebudayaan dalam pembangunan pertanian Indonesia.
Di lain sisi Kementan menilai kaum milenial memiliki potensi untuk melakukan kolaborasi dan mengelaborasi implementasi teknologi dan kebudayaan secara bersamaan.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), peran dan kiprah milenial amat ditunggu untuk membawa Indonesia semakin maju tak kalah dari negara lain.
“Milenial itu tulang punggung bangsa ini. Negara kita ini negara agraris, negara tropis, berbeda dengan negara lain,” ujar Mentan SYL secara daring, Sabtu (12/6/2021).
Pada kesempatan itu, Mentan SYL menyampaikan dukungannya dan mengucapkan selamat dan sukses atas penyelenggaraan event tersebut untuk kali kedua. “Matahari terus bersinar, angin terus bertiup, air terus mengalir dan seterusnya. Yang bisa mengangkat harkat, martabat dan derajat bangsa ini adalah anak muda. Kami akan terus membuka ruang bagi milenial untuk merebut dunia melalui pertanian. Tanggung jawab hari ini ada di tanganmu anak-anak muda,” tegas Mentan SYL.
Sementara Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menambahkan, saat ini petani kita 70 persen berusia 40 hingga 45 tahun. Sedangkan petani yang berusia di bawah 40 tahun atau petani milenial jumlahnya kurang dari 30 persen.
“Petani milenial kita masih kecil. Saat ini kita beruntung ada bonus demografi. 10 tahun yang akan datang situasi akan berbalik. Petani saat ini, petani yang sudah tua akan memasuki usia pensiun,” tutur Dedi dalam sambutannya sesaat sebelum membuka acara. Untuk itu, regenerasi pertanian harus dilakukan saat ini juga.
“Regenerasi harus kita lakukan saat ini juga. Kenapa harus petani milenial, karena mereka cerdas, mereka adaptif terhadap inovasi teknologi. Semangat mereka luar biasa. Memiliki adrenaline terhadap pembangujan pertanian yang luar biasa,” tutur dia.
Dedi menegaskan jika pembangunan pertanian ke depan harus menjadi milik anak muda. “Pertanian harus ada di tangan anak muda. Pembangunan pertanian kata kuncinya adalah peningkatan produktivitas. Hal itu dimulai dari implementasi teknologi inovasi, menggunakan alsintan modern, varietas unggul dan lainnya. Dan, yang mampu menguasai pertanian modern dan mampu mengimplementasikan pertanian modern adalah milenial,” kata Dedi.
Saat ini, Dedi melanjutkan, pertanian bukan hanya sekadar tanam, petik dan jual. “Sebelum tanam harus ada modal dahulu. Sekarang ada bank yang mampu menyiapkan modal untuk usaha tani kita. Setelah modal baru masuk dalam on farm, budidaya. Saat budidaya harus menggunakan alsintan agar efisien,” katanya.
Dedi berharap event ini mampu melahirkan banyak petani-petani milenial yang andal dalam pembangunan pertanian Indonesia. Event ini memiliki peran penting untuk memberikan ruang kepada milenial. “Di tangan milenial produk pertanian dikemas secara unggul dan menciptakan nilai tambah,” ujarnya.
Melalui event ini sebagai upaya menjembatani milenial untuk menjalin kerja sama dengan industri. “Expo ini wadah bagi wirausahawan muda untuk membangun jejaring dan memperluas peluang usahanya,” tutup Dedi.
Sebagai informasi pada expo ini Kementan menyediakan 20 booth dengan 60 orang dari seluruh Polbangtan se-Indonesia, SMK Pertanian, Duta Petani Milenial, Duta Petani Andalan, dan sejumlah peserta lainnya. Pengunjung secara offline sekitar seribu orang per hari dan tiga ribu orang hadir secara online.
Penulis : Nurlaily