Jantho, Oerban.com – Program Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan program yang akan mengarahkan petani beralih kegiatan pertaniannya dari konvensional ke pertanian berkelanjutan. Program ini memang tidak langsung meninggalkan konsep Pertanian yang selama ini dilakukan, tapi secara perlahan pengunaan pupuk kimia akan dikurangi dan digantikan dengan aplikasi pupuk organik dan hayati.
Hal inilah yang dilakukan oleh kelompok tani Ingin Maju, Desa Lam Jamee Dayah, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Diketuai oleh Yuliati, mereka bekerjasama dengan BPP Kecamatan Simpang Tiga dan penyuluh wilayah binaannya menerapkan pengendalian hama terpadu terhadap komoditas padi dilahan seluas 43 hektare dengan empat varietas, yakni IR 64, Situ Bagendit, Ciherang dan Mekongga.
Selain itu, ada juga teknologi/inovasi yang diterapkan. Teknologi yang sangat akrab dengan petani Kabupaten Aceh Besar adalah disaat panen, yaitu menggunakan mesin pemotong padi yang sangat hemat biaya dan waktu panen. Ketergantungan petani pada pupuk kimia yang membuat petani enggan beralih ke pupuk organik atau POC. Tidak tersedianya lumbung pangan ditingkat kelompok tani atau Gapoktan, membuat petani langsung menjual hasil panen dan hanya menyimpan untuk dikonsumsi sendiri, sangat sedikit petani yang menyimpan gabahnya untuk dijual disaat harga mahal.
Penyuluh wilayah binaan yang sekaligus menjadi Koordinator BPP Kecamatan Simpang Tiga, Khaidir mengatakan bahwa kegiatan ini mengarah kepada pertanian berkelanjutan. “Sangat berterimakasih kepada POPT yang telah memilih desa Binaan saya sebagai titik kegiatan. Masyarakat tani disini selalu menanyakan kegiatan apa yang bisa dibawa ke desa mereka, jadi dengan adanya kegiatan ini petani kami makin maju dan mandiri khususnya dalam Pest Management. Jadi Desa tersebut juga desa binaan saya, memang dalam kegiatan tersebut arahan nya adalah organik, walaupun dilapangan masih ketergantungan dengan pola kimiawi tapi dengan program PHPT ini petani mendapatkan wawasan sehingga mereka juga faham mulai sekarang pelan-pelan harus kita mulai kearah Sustainable Agriculture (pertanian berkelanjutan),” ujar Khaidir.
Selanjutnya Petugas POPT Vivi Yana Zamzami, juga ikut berpendapat tentang kegiatan ini. “Alhamdulillah bisa bawa kegiatan ini kewilayah kerja saya, soalnya untuk Provinsi Aceh cuma empat titik kegiatan, salah satu nya disini. Harapan saya petani kita tidak tergantung pada konsep pertanian konvensional. Kalau kita lihat sejarah pertanian kan dimulai dari pertanian yang akrap dengan alam, artinya pertanian yang menjaga keberlangsungan ekosistem. Nah kalau sekarang setiap aktivitas budidaya tanaman selalu merusak ekosistem. Kenapa saya memilih Desa ini, karena didesa ini jauh sebelum saya bertugas disini, sudah pernah ada kegiatan serupa. Jadi kita tidak mulai lagi dari nol, sehingga petani disini mudah dalam penerapan dilapangan dan bisa terus dilanjutkan setelah program kita selesai,” kata Vivi.
Dilain pihak, Kepala Laboratorium PHP Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kota Banda Aceh, Abdullah mengatakan, “Kegiatan ini berlangsung selama satu musim tanam, selain pengamatan di lapangan yang melibatkan petani pengamat, POPT dan Penyuluh Pendamping. Kita akan ada 12 kali pertemuan khusus yang lahannya kita pakai untuk program ini yaitu 25 ha. Di Aceh Besar ya disini programnya dari 4 titik se-provinsi Aceh. Jadi Bapak/Ibu petani harus mampu bekerja sama dengan maksimal,” tutur beliau.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar, Jakfar mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. “Saya sering komunikasi dengan Koordinator BPP terkait perkembangan pertanian diwilayahnya. Alhamdulillah dengan adanya program ini petani kita semakin terbuka wawasannya terkait pertanian organik, memang tidak bisa langsung 100 persen, tapi dengan sikap yang konsisten pelan-pelan akan mengarah kesana. Saya sangat berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini,” kata Kadis.
Kemudian Camat Simpang Tiga, Mulyadi juga ikut memberikan pendapatnya. “Pak Khaidir itu ibarat adik saya, kalau kami komunikasi sudah seperti keluarga. Dulu kami sama-sama bertugas di Kecamatan Mesjid Raya masih Kabupaten yang sama, jadi kami sudah sangat akrab. Makanya kami saling mendukung disetiap kegiatan yang tujuannya untuk masyarakat. Harapan saya petani mampu bekerjasama dengan petugas dari Dinas dan UPTD lainnya agar pertanian di daerah kita semakin maju,” harap Mulyadi.
Kegiatan ini melibatkan 25 petani penerima manfaat. Dari 25 petani tersebut dipilih 5 petani pengamat OPT dan 10 petani yang aktif dalam setiap pertemuan sebanyak 12 kali pertemuan. Konsep Refugia (penanaman bunga-bungaan) juga diterapkan. Kegiatan dilapangan harus disesuaikan sebagaimana jadwal para petani turun kesawah. Sehingga kearifan lokal petani setempat tidak terganggu dan petani pun merasa nyaman selama program berlangsung yaitu satu kali musim tanam.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi dengan menghimbau tim BPPSDMP untuk mengawal intensif petugas daerah, penyuluh pertanian dan petani untuk memastikan pembangunan pertanian tetap produktif.
Penulis : Wahyudi Narullova