Pekalongan, Oerban.com – Setiap tahun guru atau tenaga pendidik honorer di Kabupaten Pekalongan menggelar dialog dan doa bersama. Dialog dan doa bersama kali ini dihadari oleh Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi. Ditengah-tengah acara ada seorang guru yang curhat menyampaikan keluh-kesahnya kepada Asip Kholbihi.
Umaroh merupakan tenga honor disalah satu sekolah di Kecamatan Siwalan. Ia mengaku bahwa ia telah mengabdi selama 12 (dua belas) tahun sebagai seorang guru honor. Umaroh tidak seberuntung dengan rekan guru honor yang lain, ia mendapatkan honor dari kemampuan sekolahnya yang diambil 15% dari dana dana BOS. Ia hanya menerima honor sebesar Rp. 200.000 sementara teman yang lain menerima gaji sebesar Rp. 500.000.
“Honor saya 200 ribu pak. Itupun saat ini dipotong untuk membayar hutang koperasi dan iuran bansos. Sisanya hanya 40 ribu,” curhat Umaroh pada Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi.
Tidak hanya sendirian bernasib dengan gaji hanya 40 ribu, rekan Umaroh yang telah mengabdi 13 tahun juga mengalami hal serupa. Kendati hanya mendapat gaji 40 ribu Umaroh dengan sabar tetap menjadi pendidik yang profesional. Dia tidak pernah mengurangi jam pelajaran pada saat mengajar.
Curhatan Umaroh ini membuat Bupati Pekalongan tersentuh. Asip sempat berguyon dengan Umaroh. “Sisa honor segitu saja bu guru ini gemuk makmur ya,” candaan tersebut mengundang tawa hangat dari para hadirin.
Asip kholbihi sangat mengapresiasi prefesionalitas dari Umaroh dan kepada guru honorer yang lain yang masih mau mengemban amanah mulia untuk mencerdaskan anak bangsa walaupun di tengah keterbatasan. Bupati Pekalongan sempat membandingkan dengan para guru PNS yang sertifikasi dengan bayaran Rp 8 juta.
Asip Kholbihi mengungkapkan kekecewaannya saat acara dialog tersebut seperti yang dilansir laman detiknews.com Rabu, (10/10/2018) “Seharusnya guru (PNS), malu menerima bayaran yang jauh lebih banyak namun kinerjanya seenaknya”
Menanggapi kesejahteraan guru honorer yang masih sangat jauh, Bupati Pekalongan berjanji akan berupaya meningkatnkan kesejahteraan para guru honorer. Dengan cara mengoptimalkan gaji guru honorer yang masih diambil dari alokasi 15% dari dana BOS.
“Kita masih berusaha untuk itu. Saya salut kepada kalian yang terus berjuang demi kecerdasan anak-anak Pekalongan, tidak semata-mata karena material,” puji Asip.
Dihadapan para guru honorer, Asip berjanji akan terus berjuang untuk memperjuangkan nasib dan kesejahteraan guru atau tenaga honorer. (LIA)