Oleh: Febrian Virijai, S.Pd.
Mahasiswa Magister Pendidikan Fisika Universitas Negeri Padang
Abad ke-21 adalah abad di mana seluruh kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi melaju pesat dibandingkan dengan abad sebelumnya. Di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini adalah kejayaan digital dan internet. Kemampuan teknologi baru ini memberdayakan robot dan internet berbentuk sofware sebagai pengganti sebagian aktivitas manusia yang manual. Sofware-sofware tersebut sangat membantu manusia dalam beraktivitas apalagi saat pandemi Covid-19 yang melumpuhkan hampir seluruh kegiatan di berbagai negara.
Pendidikan di Indonesia harus mampu mengikuti kecanggihan teknologi dunia agar kualitas pendidikan kita dapat bersaing. Di tengah wabah pandemi Covid-19 membuat aktivitas pendidikan di Indonesia lumpuh sebagian. Sejak akhir tahun 2019 sekolah-sekolah dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang menambah kesulitan dalam pembelajaran. Contohnya di dalam pembelajaran Fisika yang membutuhkan keterampilan melakukan ekperimen yang biasanya dilakukan di laboratorium kini menjadi sulit dilaksanakan. Hal ini menjadi kekhawatiran para pendidik dalam menyiapkan pembelajaran untuk peserta didik.
Untuk menanggapi tantangan tersebut, dunia pendidikan memiliki peran penting untuk menyiapkan dan menghasilkan SDM yang berkualitas baik. Pendidik dapat mengembangkan dan memanfaatkan teknologi software untuk memudahkan pekerjaan dalam dunia pendidikan. Untuk mengganti ekperimen nyata, di dalam pembelajaran Fisika dapat digantikan dengan eksperimen di laboratorium maya untuk mengembangkan keterampilan proses sains (KPS) siswa. Banyak sofware laboratorium maya yang dapat digunakan, di antaranya yaitu: PhET, Olabs, VPLAB, Lab Maya, SIM Bucket, Labsland, dan lainnya.
Di dalam pembelajaran Fisika banyak pendekatan yang digunakan. Salah satu pendekatan yang cocok dalam pembelajaran sains adalah keterampilan poses sains (KPS). KPS merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah atau metode ilmiah. Indikator KPS ada sepuluh, yaitu: mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat, menerapkan konsep, dan keterampilan terakhir berkomunikasi (Rustaman, dkk. 2014).
Salah satu laboratorium maya yang dapat digunakan untuk mengembangkan KPS adalah PhET. PhET (Physics Educational Tecnology) adalah simulasi pembelajaran interaktif laboratorium maya yang dapat didownload secara gratis untuk kepentingan pengajaran di kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan belajar individu dan berasal dari komunitas sains University of Colorado, USA.
Penggunaan laboratorium maya seperti PhET dapat menumbuhkan KPS siswa dan menambah motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan besasrnya motivasi belajar siswa secara classical yaitu sebesar 92.45% (Lesmono, A.D., dkk). PhET dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat, serta konsep materi yang diajarkan lebih konkret dan mudah difahami, kemudian mempermudah guru untuk menyampaikan materi yang banyak dengan satu tempat sehingga penggunaan waktu lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dan lebih mendorong untuk mencapai keberhasilan belajarnya (Ramadani, E.M., dan Nana).
PhET bisa diakses di mana saja dan digunakan sebagai simulasi atau percobaan laboratorium maya yang cocok untuk pembelajaran jarak jauh. PhET yang praktis dan efisien saat digunakan dapat dijadikan media untuk pengembangan pembelajaran baik pada pembelajaran jarak jauh maupun pembelajaran normal setelah pandemi Covid-19 benar-benar berakhir.