Jakarta, Oerban.com – Guru besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Saiful Mujani mengatakan, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang, kemungkinan akan diisi oleh 3 pasang calon dan membentuk poros PDIP vs Gerindra-PKS vs Golkar-Nasdem-Demokrat.
Terbentuknya 3 poros tersebut tidak lepas dari beberapa alasan dan pertimbangan. Saiful mengatakan, melihat dari syarat pencalonan yang wajib mendapat kursi 20 persen di DPR atau 25 persen suara pemilih nasional pada Pemilu sebelumnya, saat ini hanya PDIP yang mampu berdiri sendiri mengusung Paslonnya, sedangkan partai-partai lain harus berkoalisi terlebih dahulu.
Kendati begitu, kalau masing-masing partai di senayan menghendaki calon presiden dari partai sendiri, maka sudah muncul beberapa nama yang didorong atau mulai terlihat bekerja untuk itu.
“Beberapa nama yang didorong atau mulai terlihat bekerja untuk jadi calon presiden: Prabowo (Gerindra), Puan (PDIP), Airlangga (Golkar), Muhaimin (PKB), dan AHY (Demokrat),” ujar Saiful dalam keterangannya, Sabtu (6/11/2021).
Selain dari partai di atas, partai-partai lain belum terlihat ketua atau wakilnya yang sudah mulai bekerja untuk calon presiden. Karena syarat batas minimal bisa mencalonkan sangat tinggi, maka hanya PDIP yang bisa mencalonkan tanpa koalisi. Sehingga menurut Saiful, jumlah calon maksimal hanya ada 4 atau 3.
Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah PDIP akan mencalonkan Puan untuk jadi presiden. Karena sejauh ini, Puan sendiri sudah terlihat masif melakukan sosialisasi.
“Kalau hasilnya menunjukan Puan berpeluang cukup bagus untuk menang, mungkin ia akan menjadi calon. tunggu sekitar 2 tahun lagi,” ungkap Saiful.
Lebih lanjut, mengenai bagaimana elite partai bisa melihat peluang baik, Saiful mengatakan, biasanya hal itu melalui hasil survei. Untuk hasil survei saat ini, ungkap dia, Prabowo berada di posisi paling atas, diikuti oleh AHY, Puan, Airlangga, dan Muhaimin yang jauh di bawah.
Prabowo vs AHY
Partai mana yang mau gabung dengan Prabowo atau AHY? atas dasar bacaan terhadap elite partai, menurut Saiful, PDIP sudah hampir dipastikan tidak ke AHY. Sedangkan NasDem kemungkinan tidak ke Prabowo. Maka PDIP dan NasDem mungkin tak bersama-sama lagi. NasDem ke AHY? mungkin.
Golkar bisa dengan Prabowo maupun AHY, tergantung Airlangga dapat posisi nomor 1, nomor 2, atau tidak? tergantung siapa peluang lebih baik untuk menang, Prabowo atau AHY? Tapi jika Puan berpasangan dengan Prabowo, maka Golkar mungkin tak ke Prabowo. bila kans AHY baik, Airlangga bisa sama AHY.
Prabowo-Puan vs AHY-Airlangga
Dilihat dari kursi mereka di DPR, sudah cukup. partai lain? mencalonkan Muhaimin? mungkin, tapi belum terlihat tanda-tanda. belum terlihat gejala Muhaimin bisa unggul atas Prabowo maupun AHY. lalu? tidak ada lagi ketua partai yang bisa diandalkan.
“Dalam kondisi stok sudah tak ada lagi yang kompetitif dari para ketua partai, jalan keluarnya hanya dua: gabung dengan AHY atau Prabowo, atau cari alternatif di luar petinggi partai,” kata Saiful.
kalau dilihat dari sentimen pemilih, ucapnya, ada sejumlah nama di luar ketua partai yang menunjukan gejala dukungan kuat dari rakyat: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Khofiffah.
“Di antara nama-nama ini Ganjar unggul cukup jauh, bahkan besar peluangnya untuk mengalahkan semua calon,” ujarnya.
Namun jika PDIP tidak mencalonkan Ganjar karena memasangkan Puan dengan Prabowo, mungkin ganjar tidak maju. kalau ganjar tidak maju, lalu siapa? mungkin Anies, Ridwan, atau Khofiffah. sementara, Anies berpeluang unggul atas Prabowo dan AHY.
Saiful melanjutkan, bila anies unggul atas Prabowo, apakah PDIP akan tetap mencalonkan Prabowo? apakah Golkar akan tetap mendukung AHY? Golkar mungkin memasangkan Airlangga dengan Anies, dan partai-partai lain mungkin akan mendukung Anies-Airlangga melawan Prabowo-Puan.
PDIP-Gerindra vs The Rest
Menurut Saiful, peluang Anies untuk menang lebih baik, yang bisa menghentikannya sementara ini tidak ada kecuali Ganjar. maka yang menentukan kemudian adalah, apakah PDIP akan tetap dukung Prabowo lawan Anies, karena ingin Puan jadi Wapres, atau Anies-Puan lawan Prabowo, mungkin saja.
“Manuver Anies selama ini kan rasional saja bukan ideologis, sama seperti prabowo. keduanya bisa terima ormas kaya FPI bila menguntungkan,” jelas Saiful.
Bila Anies-Puan, menurut Saiful, Demokrat dan NasDem mungkin tidak akan mendukung, Golkar juga mungkin tidak, karena Airlangga tak dapat posisi. PKS juga mungkin tidak karena susah berkoalisi dengan PDIP. PKS bisa saja kemudian bergabung dengan Prabowo.
“Bila itu terjadi, maka mungkin ada 3 pasangan calon, dari PDIP vs Gerinda-PKS vs Golkar-NasDem-Demokrat. PKB, PAN, dan PPP bisa ikut salah satu dari 3 poros itu,” jelas Saiful.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini