Jakarta, Oerban.com – Anggota Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera mengatakan, media sosial hanya alat, ia bisa dibawa untuk kebaikan, bisa juga untuk keburukan. Namun dalam konteks demokrasi, jika literasi dan edukasi baik, regulasinya juga proporsional, maka media sosial bisa meningkatkan kualitas demokrasi.
Tapi saat ini, lanjut dia, ketika buzzer-buzzer diproduksi bahkan dibiayai, maka sosmed jadi tempat ‘perang’.
“Perang informasi yang tidak valid, yang tidak berbasis data tapi pakai emosi. Dan sayangnya, regulasi dengan UU ITE justru lebih banyak menyasar mereka yang kritis dan oposisi. Sehingga sebagian dianggap tidak tersentuh,” jelas Mardani melalui akun twitter pribadi, pada Senin (21/12/2021).
Hal tersebut kemudian, ucap Mardani, pada akhirnya akan berujung pada perang dingin dan tersembunyi antara dua kubu. Padahal jika regulasinya baik, penegakan hukumnya jujur, adil dan transparan, media sosial bisa jadi alat meningkatkan kualitas demokrasi.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu juga menyinggung soal harapan untuk demokrasi Indonesia bisa kembali hidup dan meningkat kualitasnya dengan pemanfaatan media sosial.
“Caranya sederhana, elite harus memberi contoh. Sosial media yang bertanggung jawab, yang berbasis nilai dan berbasis pengetahuan,” tutur Mardani.
Oleh karena itu, Mardani berharap berbagai postingan tidak hanya semata untuk viral, tapi lebih ke edukasi politik.
“Pak Jokowi bisa jadi guru bangsa jika sering tampil dan isinya adalah membawa nilai dan pengetahuan. Publik pasti masih mengingat janji pak Jokowi saat kampanye, ‘Saya kangen didemo’,” tutur Mardani mengingatkan.
Kritik via sosmed menurut Mardani adalah bentuk demo selama berdasarkan fakta dan data, bukan emosional saja. Sehingga pemerintah semestinya bisa menjadi pengayom siapapun; pendukung dan kontra pemerintah.
Namun, tegas dia, di banyak kesempatan, diskursus tentang nilai dan pengetahuan ini tidak berkembang. Yang ada adalah bagaimana jaketnya, motornya, akhirnya kualitas kita terdegradasi diskusinya.
“Karena itu kita tidak bisa mengajak masyarakat untuk menjadikan sosmed sesuatu yang bernilai kalau kita tidak memberi contoh,” tegas Mardani.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini