Purworejo, Oerban.com – Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih Yogyakarta mengecam tindakan kekerasan dan perampasan sumber kehidupan perempuan di desa Wadas, 8 Februari 2022.
Mengutip dari pernyataan resmi yang dipublikasikan melalui akun Instagram @sp_kinasihyogyakarta, dikabarkan telah terjadi penangkapan terhadap setidaknya 60 orang warga Desa Wadas dan juga pendamping.
“Hari ini, ribuan polisi masuk ke Desa Wadas dengan senjata lengkap. Kehadiran mereka menimbulkan goncangan dan trauma bagi warga Wadas, terlebih dengan penangkapan setidaknya 60 orang warga dan pendamping,” ucap Aniati selaku perwakilan SP Kinasih dalam konferensi pers pagi ini.
Lebih lanjut dia menjelaskan, penangkapan juga menyasar anak-anak dan perempuan yang sampai saat ini masih ditahan.
Selain itu, Aniati mengatakan bahwa polisi yang datang juga menurunkan banner protes penolakan tambang batu andesit yang menjadi ekspresi perlawanan warga.
“Mereka juga sempat mengambil paksa alat pertanian dan pisau-pisau yang biasa digunakan untuk menganyam besek,” tambahnya.
Menyoal terkait pernyataan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang mengatakan bahwa polisi yang datang tak lepas dari menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat, menurut SP Kinasih telah bertentangan dengan fakta di lapangan.
“Pernyataan Ganjar Pranowo bertentangan dengan fakta terjadinya pengepungan, penangkapan warga dan pendamping, intimidasi serta kekerasan yang dilakukan aparat di Desa Wadas,” tegas Aniati.
Aniati memaparkan penolakan masyarakat Wadas, terutama perempuan atas penambangan Bendungan Bener dimulai sejak tahun 2015, bagi mereka, tanah adalah ibu, darah daging mereka, sumber kebahagiaan, sumber keselamatan dan sumber kebijaksanaan hidup. Maka, proyek penambangan batuan andesit dan Bendungan Bener akan menjadi petaka.
Menganyam besek jelas Aniati, adalah simbol perlawanan perempuan yang bertekad mempertahankan vegetasi bambu yang terancam proyek penambangan. Menganyam juga mencerminkan tradisi yang dijaga oleh perempuan Wadas dalam merajut kebersamaan dan perjuangan merawat alam, termasuk menjaga ketersediaan air.
“Kehadiran aparat hari ini di bumi Wadas menunjukkan bahwa negara tidak hadir untuk pemenuhan hak dan kesejahteraan warganya, melainkan untuk merampas kehidupan warga,” tutur Aniati.
Oleh karena itu, Aniati mengatakan bahwa SP Kinasih mendesak intimidasi dan kekerasan di desa Wadas dihentikan, serta barang milik warga yang dirampas paksa oleh Polri segera dikembalikan
SP Kinasih juga mendesak Polri menarik mundur pasukannya dari desa Wadas dan membebaskan warga juga pendamping yang ditangkap paksa oleh Polsek Bener.
“Hentikan pengukuran tanah yang dilakukan oleh Tim Pengukur dan Kantor Pertanahan Purworejo dan rencana pertambangan di Desa Wadas,” tegasnya.
Terakhir, Aniati meminta pihak terkait untuk bertanggung jawab atas pemulihan trauma warga, terutama perempuan dan anak.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini