Kyiv, Oerban.com – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan, Selasa (12/4) lalu bahwa ia telah menawarkan untuk mengunjungi Ukraina dengan para pemimpin Uni Eropa lainnya, tetapi ditolak pemerintah Ukraina.
Penolakan itu datang ketika Steinmeier, mantan menteri luar negeri, menghadapi kritik di dalam dan luar negeri karena kebijakan detente selama bertahun-tahun terhadap Moskow, ia akui sebagai kesalahan.
Berbicara selama kunjungan ke Warsawa, Steinmeier mengatakan dia telah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke Kyiv dengan presiden Polandia, Estonia, Latvia dan Lithuania minggu ini “untuk memberikan solidaritas Eropa bersama dengan Ukraina.Saya siap untuk melakukan ini, tetapi tampaknya, dan saya harus menerima ini tidak diinginkan di Kyiv,” katanya kepada wartawan.
Surat kabar Bild mengutip seorang diplomat Ukraina yang tidak disebutkan namanya mengatakan: “Kita semua tahu hubungan dekat Steinmeier dengan Rusia di sini. Dia tidak diterima di Kyiv saat ini” katanya.
Penolakan itu terjadi saat Kanselir Olaf Scholz dikecam karena tidak melakukan perjalanan ke Ukraina sendiri sejauh ini, tidak seperti Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan pemimpin Uni Eropa Ursula von der Leyen.
Steinmeier, seorang Sosial Demokrat yang menjalani tugas keduanya sebagai presiden Jerman, juga merupakan menteri luar negeri yang menjabat dua pemerintahan mantan kanselir Angela Merkel. Dia telah lama dikenal karena sikapnya yang ramah terhadap Moskow.
Dia telah menjadi advokat terkemuka dari konsep “Wandel durch Handel” (Perubahan melalui Perdagangan), yang berpendapat bahwa membina hubungan komersial yang erat dapat membantu memacu reformasi demokrasi.
Steinmeier juga memperjuangkan pipa gas Nord Stream 2 yang kontroversial antara Rusia dan Jerman, yang kini telah dihentikan karena agresi Moskow di Ukraina.
Steinmeier baru-baru ini mengakui bahwa pendekatan pemulihan hubungan dengan Presiden Vladimir Putin telah salah arah. “Saya masih berharap bahwa Vladimir Putin memiliki sisa rasionalitas,” katanya kepada mingguan Der Spiegel.
“Saya tidak berpikir bahwa presiden Rusia akan mengambil risiko kehancuran politik, ekonomi, dan moral negaranya sepenuhnya dalam mengejar delusi kekaisaran.” Dia menambahkan bahwa dukungannya sendiri untuk Nord Stream 2 “jelas merupakan kesalahan.”
Namun dia mengatakan “tidak mungkin kembali normal dengan Rusia Putin” di Warsawa Selasa bersama mitra Polandia Andrzej Duda, menambahkan bahwa Barat harus menerima biaya konflik.
Dia mengatakan Rusia melakukan “kejahatan perang” di Ukraina dan meminta Moskow untuk mengevakuasi penduduk dari kota pelabuhan Mariupol yang terkepung di Ukraina.
Sumber : Daily Sabah