Muaro Jambi, Oerban.com – Minggu pagi (12/6) bisa jadi hari yang tidak terlupakan bagi anak-anak di Desa Jambi Tulo, Kab. Muaro Jambi. Sejak pukul 07.00 wib, mereka telah berbaris di area Taman Sakat, tak jauh dari rumah baca Atap Rumbe, sebuah komunitas literasi di Jambi tulo yang mendirikan rumah baca dengan atap Rumbe (rumbai) untuk mengikuti serangkaian kegiatan Makan Berawang.
Anak-anak tersebut melaksanakan senam maumere, bersama para pegiat literasi Jambi. Kegiatan ini merupakan rangkaian pertama dari acara yang diberi judul Makan Berawang di desa Jambi Tulo. Setelah senam, acara pembukaan dimulai. Adi Ismanto, ketua Gerakan Muaro Jambi Bersakat, sekaligus pengelola komunitas Atap Rumbe mengatakan, acara ini merupakan bagian dari peringatan hari lingkungan hidup sehingga rangkaian acaranya akan berkaitan dengan mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan.
“Makan berawang ini tradisi orang tua dulu, biasanya setelah bekarang dan panen padi. Biasanya dulu, hanya membawa nasi dan garam dari rumah, lauknya diambil dari alam. Sekarang namanya piknik, tapi orang piknik bawa sampah, Makan Berawang tidak.” Terang Adi.
Permainan Tradisional Peram-Peram Pisang
Ada yang menarik dari permainan tradisional anak-anak di desa Jambi Tulo saat kegiatan. Mereka bersama-sama bermain peram-peram pisang, sebuah permainan tradisional tanpa menggunakan alat apapun, hanya bermodalkan nyanyian dan memijat jari-jari kaki hingga berbunyi, nyanyian permainan ini mirip lagu ampar-ampar pisang yang biasa kita dengar.
Peram-peram pisang
Teperam pisang mudo
Masak sebiji diurung bari-bari
Melecak-melecek patah kayu bongkok
Bongkok dimakan api melebeh lawang
Dimano lampu tongkeng dibalek lawang
Permainan ini akan lebih menarik jika dilakukan bersama-sama, minimal lebih dari 3 orang. Dalam kegiatan ini 7 orang anak perempuan yang ikut bermain duduk sambil meluruskan kakinya masing-masing, dengan menepuk kaki selama permainan. Ketika lagu yang dinyanyikan selesai, kaki terakhir yang disentuh disembunyikan dibelakang. Permainan berakhir dengan masing-masing anak memijat jari-jari kakinya hingga berbunyi ‘krek’ jumlah keseluruhan jari yang berbunyi ‘krek’ tersebutlah yang dinamakan pisang yang di peram.
Setelah bermain, peserta diajak mendengarkan dongeng dari kampung dongeng seloko Jambi. Tomi Pandiangan, menyampaikan dongeng tentang bahaya membuang sampah di sungai. Penyampaiannya yang lucu dan syarat akan nasihat tersebut membuat para peserta tertawa girang. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan penampilan musik tradisional gambangan oleh masyarakat setempat dan pentas seni yang dibawakan oleh Ismet Raja. Barulah setelah itu peserta diajak menanam pohon dan makan berawang bersama-sama.
Editor : Renilda Pratiwi Yolandini