email : [email protected]

25 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Administrasi Perpustakaan Universitas Batanghari Menghalangi Cita-cita Bangsa Indonesia

Populer

Oleh: Mahasiswa Universitas Batanghari, Yuda Pratama.

Kehidupan kampus yang sarat dengan kegiatan intelektual dan akademik telah menjadi keharusan bagi dunia pendidikan. Buku menjadi salah satu sumber pengetahuan yang sangat diperlukan untuk menunjang intelektualitas seorang mahasiswa. Dengan sebuah buku, ada satu kehidupan yang dapat diambil pengetahuannya oleh seseorang.

Namun sangat disayangkan, Universitas Batanghari Jambi tidak mengambil subtansi dari “Buku sebagai sumber pengetahuan mahasiswa”. Hal ini sangat fundamental dalam kalangan intelektual yang sedang mematangkan dirinya dalam dunia pendidikan.

Perpustakaan sebagai ruang berkumpulnya buku-buku saat ini mengalami penghalang akses untuk mahasiswa. Administrasi sebagai upaya penertiban sistem perpustakaan menjadikan cita-cita perpustakaan mati. Aturan dalam hukum memang menjadi solusi untuk kebaikan bersama, tetap jika dengan aturan itu subtansi dari aturan itu sendiri hilang maka melanggarnya adalah suatu kewajiban.

Itulah yang saya rasakan pada hari Jum’at, 24 Februari 2023. Sejenak menunggu proses pembayaran UKT saya menyempatkan mampir untuk membaca buku di perpustakaan. Setelah masuk saya langsung ditanyakan tentang kartu anggota perpustakaan. ” Ada kartu anggotanya?” “Masih aktif masa berlakunya?” Ujar penjaga. Saya katakan bahwa kartu saya telah habis masa berlakunya, namun niat saya kepustakaan hanya ingin membaca sejenak buku yang saya bawa. Dan kedepannya masa berlaku akan saya perpanjang.

Atas dasar matinya kartu anggota, saya tidak diperbolehkan menggunakan fasilitas perpustakaan walau sejenak. “Itu sudah menjadi peraturan perpustakaan” tambah penjaga. Akhirnya dengan berat hati saya keluar dari ruang yang sangat indah tersebut.

Ditengah perjalanan saya berpikir bahwa apa yang saya alami tadi merupakan suatu kejanggalan yang mungkin tidak hanya saya merasakannya. Sumber ilmu pengetahuan yang ada didalam perpustakaan harusnya menjadi makanan bagi mahasiswa seakan sukar didapat.

Baca juga  Olahraga Bulutangkis atau Permainan Badminton di Prodi Kepelatihan Olahraga dan Pendidikan Olahraga

UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!
Wajar saja hal ini sampai terjadi, rupanya akses terhadap buku yang harus dipermudah malahan dipersulit.

Bagaimana generasi bangsa kedepannya ingin lebih baik? Sudah diketahui bahwa minat baca sangat buruk, sekalinya ingin membaca dipersulit dengan administrasi. Beberapa kasus penyitaan buku, pembakaran buku telah terjadi. Dan saya pikir ini merupakan masalah yang sama dalam kemerdekaan berpikir, hanya saja bentuknya berbeda.

Cita-cita mencerdaskan bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 sekarang menemukan lawan dalam dunia pendidikan Indonesia.

Harus diingat bahwa tindakan-tindakan yang mematikan minat baca generasi bangsa berarti mematikan pula masa depan bangsa. Kemerdekaan tampaknya semakin dikekang, kritik tidak dipandang sebagai refleksi sistem yang ada, maka ini menjadi bom waktu bagaimana bangsa akan tenggelam dengan sendirinya.

Penulis juga merupakan Ketua Umum Gerakan Mahasiswa (Gema) Petani Jambi.

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru