Oleh: Hendri Yandri*
Oerban.com – Presiden Joko Widodo menjelaskan visi Indonesia Emas 2045 sebagai kekuatan ke-4 di dunia. Dijelaskan Jokowi, visi tersebut mencakup ; (1) Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia; (2) Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika; (3) Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia; (4) Masyarakat dan aparatur Pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi; (5) Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia; (6) Indonesia menjadi negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik; dan (7) Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia. Visi Indonesia Emas 2045 itu telah dituangkan dalam dokumen negara yang diterbitkan oleh BAPPENAS.
Visi Indonesia Emas 2045 adalah visi besar Indonesia ketika memasuki usia 100 tahun kemerdekaan. Saat itu Indonesia benar-benar menjadi pemain utama dunia, bergandeng dengan empat negara raksasa lainnya yaitu China, Amerika Serikat, India dan Rusia.
Menurut proyeksi Standar Chartered, PDB Indonesia diprediksi mencapai $10,1 triliun atau naik hampir 3 kali lipat dari tahun 2017 ($3,2 triliun) pada 2030 dan berada di peringkat ke-4 sebagai negara dengan perekonomian terbesar dunia menggeser Rusia. Peringkat tersebut dihitung menurut nominal produk domestik bruto (PDP) atas dasar paritas daya beli (purchasing power parity/PPP). Proyeksi Standar Chartered ini sejalan dengan rilis Bank Dunia dan IMF yang menyebutkan bahwa Indonesia resmi naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah atas alias upper middle income country berdasarkan kategorisasi terbaru yang dirilis Bank Dunia.
Bank Dunia membuat klasifikasi negara berdasarkan GNI per capita dalam empat kategori. Yaitu, low income (US$1.035), lower middle income (US$1.036 hingga US$4.045), upper middle income (US$4.046 hingga US$12.535), serta high income (di atas US$12.535). Kalkulasi Bank Dunia sesuai dengan rilis yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), di mana perekonomian Indonesia pada 2022 jika dihitung berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 19.588,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 71 juta atau US$ 4.783,9.
Masuknya Indonesia sebagai negara ekonomi kelas menengah atas serta proyeksi Standar Chartered yang memasukkan Indonesia sebagai negara ke-4 ekonomi terbesar dunia memberikan angin segar bagi masyarakat bahwa sudah saatnya Indonesia menjadi pemain inti percaturan ekonomi dunia. Hal itu sejalan dengan Visi Emas Indonesia 2045 di atas.
Secara sederhana BAPPENAS membuat visi tersebut menjadi empat pilar, yakni (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan. Di antara empat pilar itu, pembangunan Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Nasional layak menjadi perhatian, terutama Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian dan Ketahanan Pangan Nasional.
Pembangunan SDM pertanian dan ketahanan pangan nasional tidak bisa dilepaskan dari peranan penyuluhan pertanian yang menjadi garda terdepan dalam mendiseminasikan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang pertanian kepada petani di lapangan sehingga dipraktikkan dalam panca usaha taninya. Pembangunan SDM Indonesia yang unggul berarti membangun SDM pertanian yang unggul, jika SDM pertaniannya unggul, maka diharapkan mampu memproduksi barang-barang pertanian yang unggul, jika barang-barang hasil pertanian semuanya unggul maka Indonesia adalah negara yang memproduksi hasil pertanian dengan kualitas terbaik. Tentu secara nilai akan lebih mahal dan secara tidak langsung akan meningkatkan penghasilan petani, ending-nya pasti kesejahteraan petani, dan jika petani sejahtera akan meningkatkan daya beli sehingga ekonomi terus berkembang dan makin maju. Untuk sampai ditahap itu, peran penyuluhan pertanian sangat diperlukan agar kualitas SDM pertanian, kualitas barang dan jasa yang dihasilkan betul-betul unggul dibandingkan negara penghasil produk yang sama.
Keberadaan penyuluhan pertanian dengan penyuluh sebagai ujung tombaknya dalam Visi Indonesia Emas 2045 mempunyai dua peran strategis, SDM pertanian yang unggul dan ketahanan pangan nasional. Dua peran ini hanya mampu dilaksanakan oleh penyuluh yang profesional. Kenapa? Karena ditahun 2045, populasi masyarakat dunia meningkat pesat, di saat yang sama sumber daya alam semakin terbatas. Maka hanya mereka yang punya kompetensi dan unggul secara profesionalitas lah yang mampu survive dalam perebutan sumber daya alam. Penyuluh pertanian yang profesional akan mampu membaca situasi dan kondisi sehingga sigap terhadap perubahan yang bisa terjadi tiba-tiba.
Profesionalitas penyuluh pertanian diindikasikan dengan tiga kompetensi, yakni kompetensi teknis substantif, kompetensi manajerial dan kompetensi sosial kultural. Tiga kompetensi tersebut dan didukung dengan sarana-prasarana memadai akan menghasilkan out put kinerja penyuluh pertanian yang brilian, di mana petani binaannya dikelola dengan baik, produk yang dihasilkan unggul dan yang tak kalah penting adalah bagaimana produk yang dihasilkan itu tidak lagi mengandalkan keunggulan komparatif, tapi sudah menghasilkan keunggulan kompetitif.
Mewujudkan penyuluh profesional bukan tanpa kendala, setidaknya ada lima problem utama yang perlu menjadi perhatian antara lain; (1) Efisiensi lembaga penyuluhan pertanian, (2) Digitalisasi penyuluhan pertanian, (3) Input teknologi di lahan petani, (4) Hilirisasi produk pertanian, dan (5) Integrasi penyuluh pertanian. Visi Emas Indonesia 2045 mesti memperhatikan lima problem utama di atas agar dua pilar visi Indonesia bisa dicapai.
Agak sulit rasanya mencapai SDM pertanian Indonesia yang unggul, dan agak sulit rasanya mencapai ketahanan pangan nasional, jika lembaga penyuluhan pertanian amburadul, penyuluhan pertanian masih mengandalkan pola klasikal, ceramah dan tatap muka tanpa memasukkan peran digital dalam penyuluhan. Input teknologi masih lamban, sementara kini diperlukan smart farming dan sementara masih mengandalkan produksi bahan mentah tanpa beralih menghasilkan barang jadi, sedang di sisi lain para penyuluh berjalan masing-masing tanpa satu koordinasi yang jelas. Itu semua hanya membuat tertundanya visi Indonesia Emas 2045. Semoga ada jalan agar penyuluhan pertanian mendapat apresiasi yang layak dalam visi Indonesia Emas 2045. Semoga!
*Penulis adalah Widyaiswara Ahli Madya Kementerian Pertanian