Jambi,Oerban.com– PCC (Patient Counseling Community) adalah program pertama kali dibentuk untuk mahasiswa Farmasi di Universitas Jambi. Pada Minggu pagi (13/10) diadakan pertemuan kelas konseling pertama di gazebo (FST UNJA) Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Jambi.
Kelas pertama dihadiri oleh 16 orang mahasiswa Farmasi dari angakatan 2016-2018. Antusias mahasiswa luar biasa diapresiasikan oleh ketua PCC.
“Ucapan terima kasih buat peserta yang dapat menyempatkan hadir, dan permohonan maaf bahwa, baru dapat terjalankan program tersebut yang hampir berakhirnya kepengurusan Himafar UNJA,”Ujar Ketua PCC Lismiati.
Kelas PCC pertama merupakan program dari SA PSE (Staf Ahli Profession Saintist Education) yang telah dikeluarkan surat keputusannya dari program studi farmasi UNJA. Program tersebut merupakan ajang magang dini yang ilmu keprofesiannya tentang pengembangan obat dapat diterapkan langsung di masyarakat. Adapun jargonnya, PCC UNJA: Profesional, Farmasis, Berkarya.
PCC di Jambi sendiri telah berdiri, seperti di Stikes HI (Sekolah tinggi ilmu kesehatan Harapan Ibu), dan di UNJA sendiri.
“Pertemuan PCC akan dilakukan dengan STIKES HI dan UNJA, untuk meningkatkan kekerabatan dan bertukar pikiran tentang perkembangan konseling,”tutur SA PSE wilayah Abimanyu.
Kelas PCC diikuti dengan latihan konseling oleh peserta sebagai pasien dan apoteker untuk evaluasi pekerjaan keprofesian di dunia nyata seperti di Apotek.
Kurikulum PCC diadakan sebulan 2-3 kali, perbulannya difokuskan pada satu materi, rata-rata penyakit tentang sistem organ manusia yang akan di kupas tuntas, dari mulai penyakitnya, obat-obat yang efektif, pelayanan terhadap masyarakat dan lain-lain.
adapun program-programnya adalah:
Bulan 1: workshop competition PCC
Bulan 2: Komunikasi verbal dan non verbal, lebih terkhusus pada pelayanan terhadap Pasien, Swamedikasi adalah belajar antisipasi sejak dini, untuk pencegahan terhadap sendiri, dengan memberikan obat sendiri tanpa resep dokter, namun masih dengan aturan yang berlaku. Obat wajib apotik (OA) diterbitkan Permenkes di tahun 2019.
Bulan 3: Evaluasi seputar materi-materi yang telah dilakukan.
“Edukasi antibiotik, Indonesia darurat akan amoksisilin, Para farmasis berperan membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat memakai obat yang rasional, yaitu tepat dosis, tepat indikasi, tepat pasien, tepat pemilihan,” ujar SA PSE wilayah Abimanyu.
Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus tepat, karena berpengaruh pada pasiennya, dan kesehatan masyarakat.
Harapannya terbentunya PCC ini dapat diterapkan ilmunya untuk diri sendiri dan dapat take action ke masyarakat.
“Farmasi Unja lebih baik lagi kedepannya, terus optimis untuk memajukan farmasi UNJA,” ujar Abimanyu.
Penulis: Nurul Zhikra
Editor : Siti Saira.H