email : [email protected]

29.7 C
Jambi City
Thursday, November 21, 2024
- Advertisement -

Ketegangan Timur Tengah: Perang Palestina-Israel, Konflik Hizbullah, dan Serangan Iran

Populer

Oerban.com – Timur Tengah saat ini sedang dilanda ketegangan yang sangat tinggi, dan kerusuhan ini tampaknya tidak akan mereda dalam waktu dekat. Di satu sisi, terjadi konflik antara Palestina dan Israel, sementara di sisi lain, terjadi saling serang roket antara Israel dan Hizbullah. Selain itu, di tengah konflik yang lebih luas antara Palestina dan Israel, Iran juga mengalami serangkaian serangan yang beruntun.

Ketika Iran pertama kali diserang, negara tersebut membalas dengan rudal, roket, dan pesawat nirawak. Namun, seiring berlanjutnya konflik, terjadi sesuatu yang tidak biasa: Israel membunuh Ismail Haniyeh, seorang tokoh politik penting, saat ia berada di meja perundingan. Haniyeh sedang bernegosiasi dengan Amerika Serikat, Qatar, Mesir, Turki, dan bahkan Tiongkok, dengan tujuan menyatukan 14 perwakilan dari berbagai partai politik untuk mendorong persatuan. Israel menargetkan Haniyeh di Iran, menyerang di dekat Istana Presiden. Serangan di wilayah Iran ini merupakan pelanggaran kedaulatan yang jelas, menciptakan situasi luar biasa yang biasanya akan memancing respons keras dari negara mana pun.

Bagaimana Iran akan menanggapinya?

Iran pasti tidak akan melupakan serangan ini dan, sebagai negara berdaulat, tidak akan ragu untuk memberikan respons. Meskipun balasannya mungkin tidak segera, Iran akan menunggu saat yang tepat untuk mengambil tindakan.

Secara historis, Iran cenderung menahan diri dari konfrontasi langsung dengan Israel, lebih memilih untuk beroperasi melalui pasukan proksi. Namun, kali ini, Israel secara langsung menargetkan Iran di wilayahnya sendiri dengan menyerang seorang tamu politik. Tindakan ini membuat Iran tidak banyak pilihan selain membalas dalam bentuk tertentu.

Kita perlu menunggu untuk mengetahui apakah reaksi Iran akan berupa serangan militer langsung terhadap Israel atau manifestasi lain. Insiden ini bisa mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut secara signifikan. Tanggapan Iran mungkin juga mencakup serangan siber atau langkah-langkah diplomatik strategis. Reaksi semacam ini bisa semakin mempersulit situasi yang sudah tidak stabil di Timur Tengah, berpotensi melibatkan negara lain dan kekuatan global utama.

Baca juga  Anis Matta Sebut Kemerdekaan Palestina Adalah Misi Konstitusi Indonesia, Berikut Alasannya

Risiko krisis global

Dari perspektif eksternal, tidak ada keuntungan dari perang regional di Timur Tengah. Meskipun beberapa pihak mungkin ingin memicu konflik di kawasan tersebut yang bisa melibatkan AS dan Eropa dalam invasi yang menargetkan negara seperti Iran, sejarah menunjukkan bahwa tindakan semacam itu berujung pada konsekuensi yang menghancurkan. Intervensi AS di Irak menyebabkan hilangnya satu juta nyawa, jutaan pengungsi, dan banyak yang terluka. Demikian pula, penarikan pasukan AS dari Irak dan, baru-baru ini, dari Afghanistan, tidak mengarah pada kemenangan yang diharapkan.

Ketegangan antara Iran dan Israel berpotensi berkembang menjadi krisis internasional daripada sekadar masalah bilateral. Karena itu, dunia memantau dengan cermat bagaimana Iran akan merespons dan dampaknya terhadap keseimbangan regional. Kita perlu menunggu dan melihat. Namun, ambisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mungkin tidak menguntungkan Israel atau AS. Demikian pula, perang regional tidak akan menguntungkan Iran, Lebanon, atau negara-negara lain di Timur Tengah. Oleh karena itu, masih ada harapan bahwa ancaman yang ada dapat membuka jalan menuju perdamaian.

Jika Iran memilih untuk menahan diri dari serangan, hal itu bisa membuka jalan bagi perdamaian. Sebaliknya, jika perdamaian tercapai, Iran mungkin akan lebih memilih untuk tidak melakukan serangan.

Sumber: Daily Sabah

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru