Gunungsitoli, Oerban.com – Maraknya penggunaan pupuk pestisida kimia secara massif yang berdampak tidak hanya pada lingkunan namun juga manusia, mendorong penyuluh pertanian Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli mencari alternatif menggunakan pestisida nabati. (07/11/2020)
Untuk itu, penyuluh pertanian melatih petani yang tegrabung dalam kelompok tani wanita (KWT) Sejahtera Okey membuat pestisida nabati dari berbagai tanaman s eperti kenikir, daun sekentut (ketepeng), daun papaya, gelingga, serai, tembakau dan bahan lainnya.
Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Gubungsitoli Varat dalam sambutannya menuturkan bahwa pelatihan pembuatan pestisida nabati sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kesadaran petani untuk menjaga kelestarian alam sekitar.
“Materi pelatihan kali ini sangat penting dan diharapkan peserta mengikuti kegiatan ini dengan sungguh sungguh karena materi ini sangat penting yang berkaitan dengan keamanan pangan dan kesehatan manusia terutama masyarakat Gunungsitoli,” tambahnya.
Sebab, akhir akhir ini penggunaan pestisida kimia pada tanaman secara masif memiliki resiko kandungan kimia yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan bagi yang mengkonsumsinya.
Karena itu, perlu diimbangi dengan penggunaan pestisida organik bahkan mengimbau agar slogan kembali ke alam (back to nature) perlu digalakkan kembali.
Sementara itu, salah satu petani yang ikut sebagai peserta Sabaria Bate’e mengatakan bahwa pelatihan pembuatan pestisida nabati dianggap penting bagi pertanian khususnyz Desa Onozikho karena menjadi solusi bagi permasalahan petani yakni banyaknya hama.
Dengan pertisida alami ini, selain dapat menghilangkan hama, petani dapat menghemat menjadi 60 persen dari yang sebelumnya mereka membeli pertisida dipasaran.
Sebagai salah satu pelatih, PPL, Berkat Wilman Tel mengatakan bahwa adanya kesesuaian keinginan petani dengan materi yang dipaparkan membuat petani yang mengikuti pelatihan terlihat sangat antusias.
“Petani sangat merspon kegiatan pelatihan yang dimaksud, karena sangat membantu dalam meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian petani dibandingkan dengan penggunaan pestisida,” pungkas Berkat.
Salah satu inovasi semacam ini telah sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), dimana SYL menekankan bahwa ditengah situasi ketidakpastian seperti saat ini, stakeholders pertanian harus saling bahu membahu dalam membuat suatu inovasi yang nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahkan menyebut penyuluh adalah garda terdepan pertanian.
“Penyuluh adalah garda terdepan dalam pertanian. Oleh sebab itu, mereka harus selalu ada di lapangan, harus selalu ada tidak hanya mendampingi petani namun juga dapat memberikan inovasi agar produktivitas pertanian tetap terjaga. Hal ini tentunya untuk mendukung ketahanan pangan,” tuturnya
Penulis : Ahmad. SJ
Editor : Tim Redaksi