Oleh : Hendri. Y*
Sejak memulai debutnya pada 28 Oktober 2019, Partai Gelora Indonesia yang sering disebut juga partai Gelora terus menarik perhatian. Bayangkan diusia yang baru satu tahun dua bulan, Partai ini telah terlibat dalam berbagai kontestasi politik, tak tanggung-tanggung menang di 117 even pilkada. Klaim ini sah saja sebab institusi politik tentu harus mengedepankan logika politik untuk meraih dukungan, maka tidak salah jika Anis Matta langsung mengumumkan kemenangan di 117 Pilkada yang didukung oleh Gelora.
Sumir pasti diterima oleh Partai yang baru seumur jagung ini, pendukung dinasti, merapat keistana, sampai jadi cebong syariah. Namun semua itu ditepis santai oleh Fahri Hamzah, dalam sebuah diskusi ia menyebutkan tak usah diambil pusing kata orang, katanya. Fahri yang disebut sebagai singa parlemen terlihat mulai kehabisan bensin, sehingga suara nyaringnya yang selalu ditunggu warganet semakin hari mulai redup, maklum bensin menjadi salah satu komponen utama dalam bergerak.
Meski terlihat kehabisan bensin, justru keberuntungan tak pernah habis pada Partai biru Tosca ini, Rabu 23 Desember 2020 Jokowi melantik enam menteri barunya, dan lagi Gelora kelimpahan berkahnya, sebab enam orang menteri baru Jokowi itu menggunakan jaket berwarna biru yang mirip atau senada dengan warna partai virtual ini.
Warna biru, diangggap sebagai inspirasi dan penuh semangat, setiap tahun situs berita yang konsen terhadap pilihan warna yang akan menjadi tren merilis bahwa tren warna di tahun 2020, salah satunya adalah biru. Patone Color Institute biasanya memilih warna yang akan menjadi primadona, berdasarkan hasil survey dan kajian, lembaga ini menyatakan bahwa tren warna di tahun 2020 adalah warna biru klasik. Laurie Pressman sang Vice Presiden Patone menyebutkan bahwa warna ini menjadi simbolisasi dimasa mendatang. Tren ini akan membawa kembali semua pilihan warna pada warna pertama yakni Curelean yang terpilih pada tahun 1999.
Pilihan warna yang disesuaikan dengan tren pakaian ini layak menjadi pertimbangan bagi kalangan konsultan, sebab masyarakat akan lebih banyak tertarik dengan warna yang sedang menjadi trend. Meskipun tren warna yang dirilis oleh Patone ini pada jenis pakaian seperti sweater, mantel, dan sepatu bot wol sebagai pijakan warna musim semi 2020, tapi semuanya bermuara pada imajinasi masyarakat yang memilihnya. Warna biru atau yang sejenis dengannya terbilang sangat ramah dan relatable.
Pastinya Partai Gelora memilih warna biru Tosca itu berdasarkan kajian dan konsultasi dengan para ahli, sebab Anis Matta terkenal dengan ketajaman pilihannya setelah berdiskusi dengan beberapa kalangan. Pilihan warna ini tentu harus sejalan dengan semangat pendirian partai yakni semangat kolaborasi untuk membawa Indonesia kepanggung dunia, yakni lima besar dunia, katanya.
Apakah pengurus Gelora mampu mengambil berkah pada pilihan warnanya, tentu para pengurus dan anggotanya lah yang paling paham. Mengambil berkah pada pilihan warna terbilang aneh, apalagi sebagian pentolan Gelora adalah mantan kombatan tarbiyah yang pastinya sangat anti dengan istilah-istilah itu, karena dianggap syirik. Sementara, sebagai bangsa yang hidup dalam budaya, tentunya cara pengambilan berkah itu sejalan dengan semangat budaya masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal metafisika.
Suka atau tidak, Gelora tengah berada dalam pusaran labirin yang banyak mendapatkan keberuntungan dengan berbagai peristiwa dan kejadian-kejadian di negeri ini, entah ini juga bagian dari fisaratnya Anis Matta, atau hanya kebetulan saja. Waktulah nanti yang akan membuktikan kesaktian Anis Matta ini. Kini, maju mundurnya partai Gelora tergantung pada pengurus dan anggotanya, apakah hanya sebatas semangat partisan, atau memang betul tertanam semangat kombatan. Warna biru adalah sebuah keberkahan, jika pengurusnya mampu membacanya dan mengoptimalkannya, bukan tidak mungkin partai ini akan menjadi kekuatan politik terbesar di Indonesia. Dan yang penting, jangan lupa ngopi serta singkong sebagai budaya kuno masyarakat Indonesia.
Penulis adalah CEO Oerbanesia