Aceh, Oerban.com – Kementerian Pertanian senantiasa mendorong petani untuk mengembangkan budidaya bawang merah di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini untuk terus menjaga ketersediaan bawang merah untuk sepanjang tahun. Desember ini menjadi masa panen bawang merah di Kabupaten Aceh Besar sekaligus menjadi pemasok ketersediaan bawang merah di Provinsi Aceh.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan dan strategis yang mempengaruhi perekonomian nasional dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Agar mendapatkan hasil yang berkualitas, budidaya bawang merah harus memperhatikan proses panen dan pascapanen yang benar. Penanganan pascapanen yang tepat dapat menekan tingkat kerusakan dan meminimalkan kehilangan hasil.
Kelompok tani beusejahtera yang diketuai oleh Helmi Usman yang berada di Desa Lampineng kecamatan Baitussalam berhasil panen bawang merah perdana yang dikembangkan di wilayah tersebut. Tentu saja hal ini karena pendampingan penyuluh dan POPT yaitu Mira Handayani, S.ST dan ibu Djengdarti dan dukungan dari Dinas pertanian serta pemerintah daerah setempat.
“ Untuk mendapatkan umbi bermutu, saat panen harus diperhatikan ketuaan bawang merah yang optimal. Cirinya, pangkal daun bila dipegang sudah lemah, 70-80 persen daun berwarna kuning, sebagian umbi tersembul di atas permukaan tanah, serta munculnya bau bawang yang khas.” Jelas Mira.
Guna mendapatkan hasil yang optimal dan menekan tingkat kerusakan dan meminimalkan kehilangan hasil setelah panen kelompok tani beusejahtera yang didampingi penyuluh pertanian melakukan penanganan pascapanen bawang. Mira menjelaskan tahapan pascapanen bawang merah terdiri dari pembersihan dan sortasi bawang, pengikatan dan pelayuan (curing), dan pengeringan.
“ Titik kritis dalam tahapan pascapanen bawang merah yang jarang dilakukan petani adalah pelayuan (curing). Dimana curing dapat menghilangkan kadar air di kulit dan leher bawang sehingga bawang lebih awet serta menambah kilap dan merah kulit bawang,” Tambah Mira
Dari 1 hektar dan umbi 2 kg kelompok tani beusejahtera ini berhasil panen bawang sampai 20 kg. Selain itu, budidaya bawang merah yang dilakukan juga semi organik dengan meminimalisir penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia.
Kepala desa lampineng menyatakan sangat senang dengan hasil budidaya bawang merah yang perdana dilakukan petani ini. ” Apalagi harga jual yang tinggi saat ini sekitar 38 ribu rupiah/kg sehingga dapat menambah pemasukan keluarga petani dimasa pandemi ini,” ungkap Kepala Desa Lampineng
Seperti yang kerap di sampaikan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), Pertanian adalah salah satu sektor yang dituntut untuk tetap produktif di tengah pandemi Covid-19.
“Walau dalam kondisi pandemi Covid-19, pertanian don’t stop, maju terus, pangan harus tersedia dan rakyat tidak boleh bermasalah soal pangan. Setelah panen, segera lakukan percepatan tanam, tidak ada lahan yang menganggur selama satu bulan,” kata Mentan SYL.
Pada lain kesempatan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengapresiasi berbagai langkah yang dilakukan penyuluh pertanian bersama petani dalam upaya menjaga ketersediaan pangan di lapangan dalam pandemi saat ini.
“Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama, hidup matinya suatu bangsa. Pandemic COVID-19 tidak menghalangi semangat untuk berusaha tani, saat ini pertanian tidak boleh berhenti apapun yang terjadi,” tutup Dedi.
Penulis: Yunisa TS
Editor: Renilda PY