Jakarta, Oerban.com – Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani meminta pemerintah melakukan evaluasi penanganan Covid-19 pada gelombang Delta sebelumnya. Hal tersebut ia sampaikan usai pemerintah memprediksi puncak gelombang kasus Covid-19 varian Omicron terjadi pada awal Februari.
“Berkaca pada gelombang tsunami Delta beberapa bulan yang lalu, saya berharap Pemerintah mampu mengevaluasi kebijakan penanganan pandemi pada waktu itu. Sistem dan fasilitas kesehatan kita ‘kedodoran’, tenaga kesehatan pun banyak yang berguguran,” ujar Netty seperti dikutip dari laman Parlementaria, Rabu (12/1/2022).
Netty menilai saat ini mulai terjadi banyak pelonggaran protokol kesehatan (prokes). Menurutnya, pemerintah perlu bergerak cepat mengencangkan pengawasan prokes. Terlebih, beberapa waktu terakhir pelonggaran prokes terjadi dimana-mana. Mobilitas dan aktivitas masyarakat pun hampir kembali normal seperti sebelum datangnya pandemi.
“Seharusnya Pemerintah melalui satgas bergerak cepat untuk mengencangkan kembali kampanye dan pengawasan prokes 3M/5M. Selain itu, surveilans 3T; testing, tracing, dan treatment harus dipersiapkan mengantisipasi situasi terburuk,” sambung politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut.
Selain itu, percepatan vaksin dosis 1 dan 2 juga disebut perlu dilakukan. Sebab menurutnya masih banyak daerah yang persentase vaksinnya belum mencapai 70 persen. “Tidak kalah penting Pemerintah harus mempercepat pelaksanaan vaksinasi dosis pertama dan kedua sebelum booster dilakukan secara masif. Masih banyak daerah yang belum mencapai 70 persen, seperti Sulbar, Maluku, Sumbar, Papua, dan Papua Barat,” imbuh Netty.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan prediksi puncak omicron itu berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, di mana varian Omicron mencapai puncaknya dalam kisaran waktu 40 hari.
Meski begitu, lanjut Luhut, sebagian besar kasus yang terjadi berpotensi bergejala ringan. Sehingga pemerintah menyiapkan strategi yang berbeda dengan penanganan varian Delta. Dia juga menuturkan saat ini Omicron telah teridentifikasi di 150 negara dan menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara dunia. Di Indonesia, menurutnya bukan tidak mungkin mengalami hal serupa. Namun Luhut meminta masyarakat tidak perlu panik.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini