Sungai Penuh, Oerban.com – Antropolog muda Muhammad Tory Prasetya atau yang akrab dipanggil Tory menyelenggarakan kegiatan pertunjukan Prosesi Ritual Asyeik di wilayah Adat Datuk Singarapi Sulah Dusun Empih. Kegiatan ini dilaksanakan pada Sabtu, 26 Oktober 2024 di Aula Pemuda Dusun Empih Desa Sumur Anyir, Kecamatan Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh, berlangsung pukul 20.10 – 02.45 WIB.
Kegiatan ini didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI melalui Bantuan Pemerintah Fasilitas Bidang Kebudayaan Tahun Anggaran 2024 oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V (BPK Wil V) Katagori Perseorangan.
Menurut keterangan dari Koordinator dan Ketua Pelaksana Prosesi Ritual Asyeik Muhammad Tory Prasetya, kegiatan Ritual Asyeik ini terakhir dilaksanakan di Wilayah Adat Datuk Singarapi Sulah Dusun Empih sekitar 13 tahun yang lalu saat Kenduri Sko Dusun Empih sekitar tahun 2011 silam. Ia merasa bangga akan terlaksananya kegiatan ini sukses mengundang decak kagum seluruh insan akademik, pemerintah, dan seluruh masyarakat yang hadir.
Kesuksesan kegiatan ini tak terlepas dari kerja sama dan uluran tangan berbagai pihak seperti Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V (BPK Wil V), Departemen Antropologi Universitas Andalas, dan Komunitas Riset dan Kajian Etnografi Galanggeng Mudea.
Dalam kegiatan ini juga turut hadir tim hhli kebudayaan sekaligus antropolog senior, peneliti aktif, dan Dosen Antropologi Universitas Andalas Dr. Maskota Delfi, M.Hum yang datang bersama 13 Mahasiswa/i Antropologi Universitas Andalas asal Kerinci. Adapun 13 Mahasiswa/i Antropologi Universitas Andalas yang turut membantu menyukseskan kegiatan ini adalah Rahma Fitri, Metha Rafeliandini, Muhammad Iqbal Al-Azhafari, Alya Shifa Zahira , Ando Alan Kara, Refa Afrianra, Gefira Ziskinda, Jesi Pebrina Salwa, Zaki Alhazbi, Anisa Dian Rahayu, Nurizzah Syam, Mhd. Salahudin, dan Nasywa Faridattus Sholima.
“Kegiatan Ritual Asyeik yang dilakukan saat ini bukan sekadar ritual kuno ataupun tradisi tradisional semata, namun jauh dari pada itu, ritual ini merupakan wujud nyata budaya suku bangsa Kerinci yang selaras dengan alam. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai jenis tumbuhan dan bermacam alat dan bahan yang digunakan dalam Ritual Asyeik ini yang sesungguhnya diperoleh dari hutan dan bumi Kerinci,” ujar Muhammad Tory Prasetya saat diwawancarai.
Dia menambahkan “Kejadian bencana alam yang dirasakan oleh masyarakat Kerinci khususnya di wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci ini ada kaitannya dengan sudah mulai lunturnya budaya Kerinci sebagai identitas dan pegangan hidup orang Kerinci khususnya Ritual Asyeik, dikarenakan alam tidak lagi dianggap bagian penting bagi kehidupan manusia”.
Tory bersyukur banyak sekali pihak yang mendukung kegiatan ini, meskipun dihadapi berbagai kendala namun tetap sukses dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memajukan dan merevitalisasi budaya Kerinci yang keberadaannya saat ini sudah mulai turun eksistensinya.
Sebelum pelaksanaan Ritual Asyeik, pada Kamis 24 Oktober 2024 di Aula Kantor Wali Kota Sungai Penuh terlebih dahulu dilaksanakan Seminar dan Orasi Budaya Kerinci “Merawat Sakti Alam Kerinci dengan Budaya” yang diisi langsung oleh Muhammad Tory Prasetya selaku narasumber.
Ia menjelaskan mengenai Ritual Asyeik dan apa fungsinya selain menjadi tradisi lisan semata dalam menjaga alam Kerinci. Selain itu Dr. Maskota Delfi, M.Hum juga turut menjadi narasumber yang menjelaskan mengenai budaya, ritual dan fungsinya dalam masyarakat untuk menjalankan kehidupannya.
Kegiatan Seminar & Orasi Budaya Kerinci dengan tema “Merawat Sakti Alam Kerinci dengan Budaya” ini dibuka langsung oleh Pjs. Wali Kota Sungai Penuh Bapak Tema Wisma S.IP dan Bupati Kerinci yang di wakili oleh Asisten Ahli Bidang Pemerintahan dan Kesra Ibuk Dra. Linda Martiani, M.M dan dihadiri oleh ratusan mahasiswa/i, siswa/i dan dinas terkait di lingkup wilayah Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci.
Terakhir, ia berharap dengan adanya dua kegiatan ini yaitu Seminar & Orasi Budaya Kerinci dengan tema “Merawat Sakti Alam Kerinci dengan Budaya” dan kegiatan pelaksanaan “Prosesi Ritual Asyeik” dengan tema “Maye Utua Malepeh Cmeh” ini dapat memberi wawasan dan pemahaman lebih bagi pemerintah dan masyarakat terutama kaulah muda untuk merawat, menjaga dan melestarikan khazanah budaya suku bangsa Kerinci.
Editor: Ainun Afifah