email : [email protected]

25 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Asal Usul Pengetahuan, Percaya atau tidak? Reduksionisme VS Credulisme

Populer

Oleh: Peni Anggareni*

Pengetahuan merupakan kata yang sering kita dengar. Namun pernahkah kita bertanya dari mana pengetahuan itu berasal? Coba kita pikirkan semua hal yang kita ketahui saat ini – seperti bumi itu bulat atau datar, Cappadocia (yang terkenal melalui film “Layangan Putus”) terletak di Negara Turki, atau air keras dapat merusak kulit. Jenis pengetahuan tersebut menurut Duncan Pritchard (2018) dalam bukunya “What is This Thing Called Knowledge?” merupakan pengetahuan testimonial (kesaksian). Apa itu pengetahuan kesaksian? Pengetahuan kesaksian merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui kesaksian orang lain baik melalui lisan, buku, gambar, video, dsb.

Masalahnya adalah sebagian besar keyakinan kita terhadap pengetahuan tersebut bukan diperoleh dengan menemukan sendiri kebenarannya, melainkan “Klaim Benar” oleh orang lain saja. Sering kali kita tidak ingat persis bagaimana sebagian besar keyakinan itu datang kepada kita. Bahkan, kadang kita tidak ingat siapa yang pertama kali mengatakan kepada kita bahwa bumi itu bentuknya seperti itu (apakah kita ‘diberitahu’ atau membaca di buku, atau melihat gambar di layar TV). Tetapi kita tahu bahwa ini bukan jenis klaim yang dapat kita verifikasi sendiri dengan mata kepala kita, karena ini akan melibatkan penyelidikan yang di luar kemampuan kita (misal misi luar angkasa). Hal ini tidak tampak terlalu mengkhawatirkan, mengapa? Karena orang lain juga telah melihat dan percaya bahwa inilah keadaannya dan informasi ini telah tersebar ke seluruh dunia. Namun, seseorang mungkin terganggu oleh sejauh mana apa yang kita yakini, bergantung pada perkataan orang lain. Apa pembenaran kita untuk membentuk keyakinan kita melalui perkataan orang lain? Apakah kita harus percaya atau tidak? Bagaimana kita menghadapi hal tersebut?

Jika seseorang terganggu oleh masalah tersebut, maka salah satu solusinya adalah dengan mengklaim bahwa pembenaran untuk pengetahuan kesaksian pada akhirnya akan selalu bertumpu pada bukti non kesaksian. Artinya, jika keyakinan berbasis kesaksian harus dipegang dengan benar, maka tidak cukup membuktikannya hanya diperoleh melalui kesaksian orang lain. Sebaliknya, seseorang membutuhkan alasan non-kesaksian lebih lanjut dengan membuktikan sendiri kebenaran tersebut. Jika kita memandang masalah ini seperti itu, maka kita sesungguhnya berpegang pada paham Reduksionisme. Paham ini menganggap bahwa pengetahuan yang didengar/didapatkan harus dibuktikan kebenarannya. Namun, masalahnya adalah tidak semua pengetahuan kesaksian memiliki bukti non-kesaksian yang cukup memadai sehingga hal ini menyebabkan kita akan tahu jauh lebih sedikit daripada apa yang kita kira kita tahu. Hal ini menjadi dilema bagi kita sendiri. Karena sejatinya banyak pengetahuan yang kita peroleh dari kesaksian orang lain baik itu melalui lisan, buku, media massa, gambar, video, jurnal, dsb. Pertanyaannya, apakah kita harus melakukan misi luar angkasa untuk tahu bahwa bentuk bumi seperti “itu”, atau kita harus ke Negara Turki dahulu untuk mengetahui benar Cappadocia terletak di Turki atau bahkan haruskah kita mencoba memakai air keras dikulit kita sendiri atau orang lain supaya kita benar-benar tahu bahwa air keras itu dapat merusak kulit?

Menjawab hal tersebut, tentunya kita bisa berpegang pada paham Credulisme. Menurut paham ini, kita dapat memegang keyakinan pada pengetahuan kesaksian bahkan ketika kita tidak tahu alasannya atau kita tidak bisa mempertahankannya kecuali ada alasan khusus yang meragukan. Dengan paham ini kita hanya perlu meyakini kebenaran pengetahuan tersebut dengan akal sehat kita. Hal ini sesuai dengan pandangan seorang filsuf Thomas Reid (1710 – 1796) yang terkenal dengan “Filosofi Akal Sehat”nya, yang menyatakan bahwa “Jelaslah bahwa dalam hal kesaksian, keseimbangan penilaian manusia pada dasarnya cenderung ke sisi keyakinan”. Hal ini berarti, penilaian manusia terhadap pengetahuan kesaksian cenderung pada sisi keyakinan. Jika tidak ada hal yang meragukan, tidak perlu kita mencari bukti atas hal tersebut. Namun, meskipun demikian kita harus lebih curiga tentang informasi yang kita terima, meskipun ini akan menempatkan banyak batasan pada apa yang mungkin kita yakini. Apalagi jika pengetahuan itu kita peroleh dalam rangka kepentingan politik, kita harus lebih menaruh perhatian apakah pengetahuan yang kita peroleh itu benar atau tidak. Namun, jika sumber informasi yang kita peroleh dari sumber kredibel dan kita yakin hal tersebut benar, mengapa kita tidak percaya?

Akhir kata, apa pun pilihan kita, apakah mau memegang paham Credulisme atau Reduksionisme, keduanya memiliki alasan yang kuat. Pada akhirnya bagaimana kita menentukan waktu yang tepat untuk menjadi seorang Reduksionis atau Credulis. Hidup adalah pilihan. Semakin banyak belajar, Semakin banyak kita tahu, maka kita semakin sadar banyak hal yang kita tidak tahu. Jangan berhenti belajar untuk menuntut ilmu pengetahuan. Meskipun kita tidak tahu kapan pengetahuan itu akan bermanfaat bagi kita. Namun seyogyanya sebagai manusia pembelajar, kita tidak boleh berhenti belajar karena ilmu pengetahuan terus berkembang. Dan yang harus diingat bahwa belum tentu sama apa yang kita pahami meskipun sama yang kita lihat dan pelajari. Seperti pepatah bugis, “Iyaro yasengngi paddissengeng, silallo tessidapi”, yang artinya “pengetahuan itu walaupun sama yang dipelajari, belum tentu sama yang dipahami.” Namun begitu, tetap berusaha untuk belajar dan terus belajar, karena memang begitulah pengetahuan tergantung pada perspektif orang yang melihat. Begitu juga dunia ini, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Karena pada akhirnya kita yang akan menentukan hidup kita sendiri, bukan orang lain. Siapa pun kita, kita akan mengambil andil atas kemajuan negeri ini. Jangan berhenti belajar dan berkarya untuk kemajuan negeri ini. “Pulih Lebih Cepat dan Bangkit Lebih Kuat menuju Indonesia Maju

Penulis adalah Mahasiswa Doktoral Pendidikan Matematika UPI, Penerima BPI tahun 2022, Guru SMPN 7 Kota Jambi

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru