email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Beberapa Tipe Peminjam Buku dan Renungannya

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Peringatan hari buku nasional mungkin sudah lewat beberapa waktu lalu, tetapi ada yang belum selesai setiap tahunnya. Bukan, bukan kesenjangan literasi antar daerah. Atau anak-anak muda yang tidak suka membaca dan akses makanan yang jauh lebih membludak dari buku, ya, di kota saya itu lumrah.

Setiap mengingat hari buku, saya suka teringat pada buku-buku saya yang belum kembali. Entah itu karena hilang, atau yang paling berkesan, dipinjam dan belum kembali hingga kini. Tidak banyak yang bisa saya ungkapkan disini.

Akan tetapi, daripada saya mengghibah atau menulis ini di sosial media, saya rasa itu tidak membuatnya menjadi lebih baik. Boro-boro buku itu kembali, dibilang lebay bisa jadi. Baiklah, ini mungkin akan menjadi tulisan yang tidak cukup panjang dan tidak penting-penting amat.

Moza, kucing adik saya yang sedang membaca buku.

Saya menyukai buku sejak kelas XI SMA, usia yang telat untuk ukuran anak-anak yang harusnya sudah membaca sejak lama. Berawal dari ruang kelas yang berdekatan dengan perpustakaan sekolah, dijaga oleh salah satu guru bahasa Indonesia yang dikenal cerewet karena suka memarahi anak-anak yang terlambat mengembalikan buku.

Setelah tahu jika perpustakaan sekolah punya koleksi novel, saya pun mulai marathon membacanya. Novel pertama yang saya baca, bercerita tentang kisah cinta remaja laki-laki dan perempuan yang harus terpisah dunia karena si laki-laki meninggal akibat kecelakaan setelah mengantar kado berupa boneka Teddy bear cokelat. 

Saya malu, tapi saya harus mengakui saya menangis setelah membaca itu. Barulah setelah itu, saya berlanjut membaca buku-buku novel karya A.Fuadi, Buya Hamka dan berbagai novel teenlit yang tersedia disana.

Masuk kuliah, saya lulus di jurusan sastra Indonesia. Tidak jauh dari persoalan fiksi, buku, dan cerita, malah lebih dalam. Mulai dari sinilah keinginan saya membeli buku mulai terbentuk. Berbekal uang beasiswa yang diterima setiap semester, saya sering menghabiskannya untuk membeli buku, mulai dari 500rb hingga 1jt. Dari buku fiksi hingga agama, di beberapa toko buku offline maupun online.

Baca juga  Buku Transformasi Sistem Penyuluhan Dilaunching, Kementan Minta Pendidikan Vokasi Ciptakan Petani Profesional

Kembali pada esensi tulisan ini. Bagi saya meminjam buku itu wajar, apalagi sedang butuh. Bisa jadi seseorang lebih mementingkan skincare, atau membeli hobinya dibandingkan buku, tapi mbok ya, yang namanya minjam kudu dibalikin miskah.

Gudik, kucing jantan saya yang kelelahan dan tidur diatas buku.

Dalam pengalaman saya, ada beberapa tipe orang dalam meminjam buku. Pertama, mereka yang meminjam karena kebutuhan tugas. Biasanya mereka mencari pemilik buku pada orang-orang yang sudah jelas pernah belajar dan bersinggungan secara keilmuan. 

Jenis peminjam buku seperti di atas ini menempati urutan pertama yang harus dikhawatirkan. Sebab, mereka kadang lupa mengembalikan atau sengaja karena beranggapan si pemilik buku sudah tidak membutuhkan buku itu lagi. Apalagi pada mereka yang butuh buku untuk resume karena akan mengikuti pelatihan, atau semacamnya.

Kedua, mereka yang meminjam buku karena penasaran. Judul buku tertentu yang kita miliki, kadang-kadang membuat seseorang menjadi penasaran. Apalagi jika diketahui kita memiliki koleksi genre buku tertentu. Jenis peminjam seperti ini, biasanya tipe peminjam yang manis diawal. Ia meminjam buku dan mampu membuat kita meminjamkan dengan senang hati, namun, jika lengah buku kita bisa saja tidak kembali.

Ketiga, jenis orang yang meminjam buku dengan tujuan tersembunyi. Bisa jadi hal itu dilakukan untuk mengelabui kita, tanpa niat memang benar-benar ingin membaca buku. Meski jarang ditemui, jenis ini juga patut diwaspadai karena buku yang menjadi alasan untuk dipinjam tersebut juga bisa bernasib sama, tidak kembali selama-lamanya.

Di akhir, bagi sesiapa saja yang membaca tulisan ini. Bagi semua peminjam buku di seluruh dunia, yang belum mengembalikan buku, mari sedikit melapangkan hati untuk memulangkan sesuatu pada pemiliknya. Karena sesuatu yang dikira tidak begitu berharga bagi kamu, bisa jadi segalanya untuk seseorang.

Baca juga  Minimnya Minat Baca Generasi Muda di Era Milenial

Editor : Renilda Pratiwi

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru