Oleh: Muthia Arahmah
“Kembangkan sajadahmu, lalu bersujud kepadanNya”
pecah belah, itulah kehidupanku, rumit tumit selalu mengikutiku,basah kering itulah yang tiada pernah kuundang tapi ia hadir disetiap harinya. Bambu berbahagia, sedangkan aku tidak bahagia, semut berbondong-bondong untuk berolahraga pagi, aku terdiam disudut kamarku yang tiada jendelanya.
Kusam, patah, sakit. Selalu hadir dikamarku. Untaian nyanyian dangdut pagi disetiap harinya selalu membuat kutrauma ketika keluar kamar.
Praaaakk, “habis semua” pertengkaran hebat antara ayah dan ibuku. Semuanya hancur lebur, pas foto kami bertiga sudah berkeping-keping menjadi beberapa bagian. aku takut untuk keluar kamar Aku tidak bisa menyaksikannya, aku sedih, aku trauma dan aku.. tiada punya siapa-siapa. Kecuali ayah dan ibu.