email : [email protected]

26.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Berkat Pertanian, AA Gede Agung Wedhatama Sukses Jadi Eksportir Muda

Populer

Bali, Oerban.com – Upaya Kementerian Pertanian mencetak banyak petani milenial terus memperlihatkan keberhasilan. Kiprah AA Gede Agung Wedhatama menjadi buktinya. Berkat pertanian, AA Gede Agung mampu menjelma menjadi seorang eksportir sukses.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, era industri 4.0 yang identik dengan teknologi dan digitalisasi, sangat lekat dengan generasi milenial.

Untuk itu, Mentan Syahrul mengajak petani muda bergiat menerapkan teknologi smart farming dalam pengembangan budi daya pertanian.

“Pasalnya, pertanian berbasis teknologi memudahkan petani dalam berbudi daya yang lebih efisien sekaligus modern dalam upaya akselerasi produksi petani,” katanya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembagnan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.

“Petani muda adalah profesi yang menjanjikan dan menghasilkan pendapatkan yang menggiurkan. Untuk itu Kementan akan terus mendorong minat generasi muda untuk menekuni sektor pertanian. Kita ubah streotipe menjadi petani tidak akan kaya. AA Gede Agung Wedhatama telah membuktikan bahwa melalui pertanian ia menjadi sukses dan memiliki penghasilan cukup besar,” ujar Dedi.

Dedi pun berharap sebagai Duta Petani Milenial, Agung Wedha dapat menjadi role model yang mampu menginspirasi, memotivasi serta dapat menjadi mitra.

“Tak hanya bagi petani di Bali, tetapi juga petani di daerah lainnya untuk meningkatkan produktivitas, kualitas hingga mampu menembus pasar ekspor,” pesan Dedi.

AA Gede Agung Wedhatama adalah pendiri komunitas Petani Muda Keren (PMK), PT. Bos (Bali Organik Subak) serta BosFresh Apps in Bali. Melihat besarnya peluang  di industri pertanian di Indonesia, khususnya di Bali tidak disertai dengan tingginya keterlibatan generasi muda menjadi tantangan tersendiri baginya.

Tak membuang waktu lama, pemuda 36 tahun yang akrab disapa Gung Wedha ini mendirikan PMK yang merupakan komunitas petani muda di Bali yang secara resmi baru berdiri sejak tahun 2019. Petani Muda Keren telah memiliki 2000 member yang tersebar di seluruh Bali.

Baca juga  Genjot Produksi Padi dan Jagung Nasional, Kementan Siapkan SDM Unggul

Keunggulan organisasi ini adalah memiliki  kluster- kluster produk seperti kluster hortikultura, kluster cengkeh, dan lainnya PMK bekerja dari hulu yaitu petani hingga ke hilir alias pembeli terakhir, konsumen dengan penerapan teknologi informasi tentunya.

“Saya kumpulkan petani agar mereka memiliki kebanggaan bahwa bertani itu cool, dan menjembatani pertanian dari hulu ke hilir. Dari menanam hingga menjual, eceran dan mengekspor. Bersama-sama kami memproduksi sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan dengan kualitas terbaik, menggunakan metode pertanian Alam, sehingga dihasilkan produk pertanian yang sehat dan bertanggung jawab,” jelas Gung Wedha.

Duta Petani Milenial asal Bali ini menambahkan, dalam melakukan usaha ia  menerapkan kendali mutu (quality control) ketat terhadap produk-produk yang dijual melalui BOS Fresh. Contoh salah satu syarat wajibnya, produk itu harus dibudidayakan secara alami (nature farming), seperti menggunakan pupuk dan pestisida alami.

Melalui PT. Bali Organik Subak (BOS), Gung Wedha telah mengekspor berbagai produk pertanian sejak  tahun 2018 dan menjadi yang terbesar di Bali untuk volume.

“Sebelum pandemi kami dapat melakukan ekspor 5-10 ton buah segar seperti manggis, buah naga, manga, alpukat, vanili serta beberapa produk olahan seperti dried fruit, bubuk jahe, pasta vanilla dengan nilai ekspornya hampir menyentuh angka 100 miliar. Ceko, Rusia dan China serta Kamboja adalah negara tujuan ekspor kami,” kata Wedha.

Ia pun menjelaskan adanya pandemi memberi dampak yang cukup besar bagi usahanya  terutama dalam pengiriman buah segar.

“Ditutupnya akses penerbangan menyebabkan buah segar sulit untuk diekspor. Sejak itu, secara bisnis kami memutuskan PT. BOS mengirimkan  produk olahan saja untuk mengurangi resiko dengan kapasitas 3-5 ton perminggu dengan omset dikisaran 500 juta rupiah,” papar Wedha.

Baca juga  Pentingnya Memberdayakan Komoditas Pertanian Alternatif di Kawasan Rawan dan Rentan Narkotika 

Tak berhenti di eskpor, sebagai milenial AA Gede Agung Wedhatama pun membuat aplikasi BosFresh Apps in Bali yang dimanfaatkan oleh para petani anggota PMK dan menjadi bagian hulu dalam rantai nilai pertanian.

Dalam aplikasi ini, petani dapat mengisi keterangan tentang komoditas yang ditanam, jadwal tanam, umur tanaman, luas lahan, dan jumlah tanaman. Dengan algoritma yang dikembangkan sendiri oleh Gung Wedha dan timnya, petani kemudian mendapatkan informasi kapan panen, perkiraan jumlah panen, waktu pemupukan, dan lain-lain.

Ia menuturkan  pemanfaatan  aplikasi bagi petani anggota PMK menjadi keharusan.

“Petani kita paksa untuk menggunakan teknologi dan mekanisasi, misalnya traktor, irigasi tetes, dan aplikasi. Melalui aplikasi BOSFresh kita melalukan penjualan langsung ke konsumen dengan fair trade. Petani tahu berapa harga produknya dijual karena mereka bisa cek langsung. Kami pun memberlakukan standar baku mutu ketat pada produk-produk BOS Fresh. Dengan begitu, produk petani Bali akan berkualitas dan sehat. Jangan hanya terlihat bagus, tetapi beracun karena pakai kimia. Itu kan ngeri sekali,” tegasnya.

Keberhasilannya ini yang mengantarkan langkahnya turut berpartisipasi dalam kemeriahan Merdeka Eskpor yang dicanangkan Menteri Pertanian, dan dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo, Sabtu (14/8/2021)

Penulis: Nurlaily

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru