Oleh: Zuandanu Pramana
Mengukir kelam di kesunyian malam:
Saat kata pergi menghapus janji
Semua mimpi seolah runtuh menimpaku
Menyisakan kecewa juga rasa bersalah
Aku tak bisa menahan langkahmu
Seperti air mata kala mengingat semua
Harapku bagimu adalah nista
Hingga dengan sengaja kau buang semua
Sampai kini masih kerap ku terpaku
Pada kisah yang tertulis di buku
Bagai deru yang bergemuruh
Berkecamuk menyayat tubuh
Kala tak sengaja ku eja namamu
Aku tak mengerti mengapa kau begitu sakral
Seperti mantra penyembuh kala duka
Pelipur lara kala kecewa
Juga pengobat luka yang tiada dua
Kini sewindu sudah aku berkelana
Merangkai sendiri cerita kita
Sejak kau pergi tak ada berdaya
Tertatih-tatih mencari makna
di mana lagi bisa ku cari percaya
Sedang semua tak ada beda
Apa sudah waktunya harus beranjak
Membuka diri pada dunia?
Entah lah,
Aku tak tahu harus apa
Meski kelam dirundung bayang dan kerinduan
Tapi semua tentangmu tetap lah meneduhkan.
Jambi, Februari 2022