email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

DILEMA TEKNOLOGI REVOLUSIONER KULTUR JARINGAN

Populer

Oerban.com – Di dalam buku ’’Cinta dan Benci untuk Soeharto’’, Indonesia pernah tercatat sebagai negara adidaya swasembada pangan. Terbukti dengan menyumbangkan ber ton-ton beras kepada Afrika yang saat itu tengah mengalami perang dunia dan konflik lainnya.

Namun hal itu tidak bertaha lama, Indonesia mengalami krisis dan membuat para ahli-ahli dibidangnya memikirkan inovasi untuk menyelamatkan ibu pertiwi yang tengah terluka. Kultur jaringan hadir sebagai salah satu jawaban dar permasalahan Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.
Melalui konsep kultur jaringan yang berpatokan pada teori totipotensi sel membuat para ilmuwan optimis akan keberhasilan kultur jaringan.

Sejak kemunculan  manusia pertama di muka bumi ini, tanaman sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia. Sebagai bahan pangan, obat, serta kegunaan-kegunaan beragam dalam keseharian hidup manusia purba. Seiring perkembangan zaman, manusia pun menjadi lebih berakal dan semakin memenuhi bumi ini.

Demikian pula kebutuhan akan tanaman pun bertambah besar. karena itu,mulai tercetuslah ide,ide dengan cara memakai cara supaya tanaman  tersedia sesuai dengan keinginan mereka bukan hanya mengandalkan anugerah dari alam.Ide inilah yang memulai obsesi,obsesi untuk tidak hanya  memenuhi kebutuhan pangan masyarakat  namun juga menggali dalam potensi pengetahuan mereka agar dapat mengendalikan alam.

Sejak saat itu, banyak metode telah dibuat,banyak kemajuan telah dibuat , tidak hanya dalam bidang pertanian saja namun juga bidang lainnya.Akhirnya sampailah kita ke abad 21, dimana  pertanian dan pembudidayaan tanaman sudah berkembang pesat. Sekarang,manusia mulai populer penggunaan dan pengembangan teknologi bernama kultur jaringan. Metode revolusioner yang akan mengubah persepsi mengenai kegunaan sel dan jaringan dalam memperbaiki, menyempurnakan, dan membudidayakan tanaman dengan lebih efisien. Kultur jaringan berasal dari dua kata, (kultur = Budidaya , jaringan = sekelompok sel yang memiliki sifat yang sama).

Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki wilayah yang tersebar dari pulau ke pulau. Masing-masing pulau beriklim berbeda dan ekosistemnya pun berbeda dengan jenis – jenis tumbuhan beragam. Karena itu,Indonesia layak disebut sebagai negara kaya plasma nutfah. Fakta ini harus kita banggakan dan  lindungi sebagai  bangsa unik dari bangsa-bangsa yang maju.

Usaha pelindungan ini sudah dilakukan pemerintah dengan karantina, pemilihan yang ketat, dan inspeksi untuk menjaga kelestarian plasma nutfah kita terutama ancaman dari luar negeri. Namun tetap saja ada kemungkinan plasma nutfah kita digunakan terutama untuk dimodifikasi dengan kultur jaringan.

Kecurigaan ini bukanlah hanya asumsi belaka karena sudah ada beberapa kasus di dunia mengenai penggunaan plasma nutfah oleh negara maju. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Indonesia belum menjadi negara yang dapat menggunakan teknologi kultur jaringan  dengan seluruh potensialnya. Hal ini membuat kita rawan dieksploitasi pihak asing plasma nutfahnya. Namun tidak dapat dipungkiri juga, adanya kultur jaringan tidak hanya membawa efek buruk pada bangsa tetapi juga dapat digunakan untuk lebih menjaga plasma nutfah karena modifikasi gen dapat memperkuat plasma nutfah tersebut dan terus lestari.

Namun dibalik semua ini kita tidak boleh lengah karena sudah ada beberapa peristiwa dimana disinyalir negara maju mencuri plasma nutfah negara berkembang untuk dimodifikasi dan dijadikan tanaman khas mereka. Jika anda masih bingung saya akan memberika 1 contoh. Sebut saja negara berkembang negara A dan negara maju negara B. Negara sangat terkenal dengan apelnya yang sudah banyak diekspor dan terbukti disukai masyarakat global. Karena itu, negara B yang lebih maju teknologinya ingin juga ikut serta mencicipi manis nya laba, mereka pun mulai mencoba untuk men uri bibit apel itu. Setelah mendapatkan bibit apel, negara B menerapkan kultur jaringan untuk menyempurnakan apel menjadi ldbih besar, lebih manis, dan tahan hama. Mereka mulai memasarkan buah hasil kultur jaringan tersebut dan pamor nya mengalahkan apel dari negara B,kurang lebih seperti itu. Coba anda bayangkan, kejahatan ini tentu saja tidaklah pantas dan etis sebab melanggar bioetika. Bioetika merupakan nilai -nilai manusia yang harus diperhatikan dalam penggunaan bioteknologi.

Saya sebut tidak etis  karena bioetika terang-terang menghimbau dan mewajibkan kita sebagai manusia berkontribusi dalam pelestarian lingkungan dan diversitas alam.Jelas nilai ini tidak diperhatikan oleh negara maju yang seenaknya sendiri mengambil plasma nutfah kita untuk mencari profit dan memusnahkan spesies yang ada. Apalagi jika negara maju menggunakan pasar gelap untuk mendapatkan bibit tersebut, tindakan ini tidak hanya melanggar moral tetapi juga melanggar hukum. Mungkin dampak kejahatan ini belum masyarakat dunia rasakan dan perhatikan. Jika sudah diperhatikan pasti pemerintah dunia saat ini telah menyelidiki dan menghukum oknum kriminal tersebut dan pasti mereka sudah berunding untuk segera membuat hukum mengenai peredaran plasma nutfah demi keberlangsungan alam ini.

Tetapi hingga sekarang satupun aksi belum dilakukan, terus bagaimana dengan kita? Kita sebagai bangsa Indonesia sudah Saatnya untuk menyadari harta melimpah milik bangsa yaitu keanekaragaman sendiri. Karena itu,saya sebagai warga negara Indonesia yang tinggal di tanah air Indonesia ingin menghimabu saudara saudara sekalian untuk mulai beraksi cintailah alammu Indonesia ini demi anak cucu kita.

Penulis: NurJannah
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru