Oerban.com — Partai Persatuan Pembangunan (PPP) resmi mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (Capres) Pemilu 2024, serta membentuk koalisi baru dengan partai PDI Perjuangan. Keduanya juga telah menggelar pertemuan untuk memperkokoh jalinan koalisi, pada Minggu kemarin, 30 April 2023.
Sebelum merapat ke PDI Perjuangan, PPP diketahui tergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar dan PAN. Namun, kini koalisi tersebut diambang kebubaran setelah PPP memilih jalan politiknya sendiri untuk mendukung Ganjar.
Tak mau tinggal diam, Golkar kini juga telah menyambangi Partai Demokrat, pada Sabtu pekan lalu di kediaman SBY. Silaturahmi tersebut tentu bukan sekedar ajang sungkem kepada orang yang dituakan dalam momen-momen lebaran, pasti ada maksud dan tujuan sendiri.
Dalam pernyataan usai mengadakan pertemuan dengan Demokrat, Golkar mengumumkan satu kesepakatan bersama, yaitu bisa menerima siapa saja yang akan jadi pemenang di Pemilu 2024. “Pemilu bukan the winner take it all,” kata Airlangga.
Menariknya, pernyataan tersebut mengarah kepada satu poin kesimpulan. Yaitu, Golkar semaksimal mungkin tetap ingin mengamankan jatah partainya ke depan, terlepas dari siapapun yang akan menang dalam Pemilu nanti. Karena dalam fakta sejarah yang ada, sejak didirikan pada 20 Oktober 1964, Golkar selalu berada di dalam lingkaran kekuasaan. Partai berlambang beringin ini tidak punya tradisi menjadi oposisi.
Skema Menghadapi Pemilu
Langkah politik yang akan diambil oleh Golkar masih belum menemui titik terang, saat ini KIB hanya tinggal dua partai, Golkar dan PAN. Namun keduanya jika tetap bersikukuh untuk mempertahankan KIB, maka tentu saja hal itu belum mustahil untuk mengusung Capres dan Cawapres sendiri.
Kendati begitu, kedua partai ini belum memiliki satu figur yang punya elektabilitas tinggi untuk bertarung dalam Pemilu mendatang, sehingga akan cenderung untuk ikut bergabung ke dalam satu dari tiga barisan Capres yang sudah ada, Ganjar, Prabowo, atau Anies.
Dari internal partai, Golkar punya Ridwan Kamil yang bisa menjadi tawaran menarik untuk disodorkan kepada para Capres yang sudah ada, namun, melihat keterlambatan dalam memulai persaingan, tidak akan mudah bagi Golkar untuk mendapat kursi RI 2.
Di barisan Ganjar, Ridwan Kamil tidak akan begitu dipandang mengingat PPP yang lebih dulu bergabung punya Sandiaga Uno, lalu disusul PAN yang juga mengusulkan Menteri BUMN Erick Thohir, apa lagi jika melihat hubungan Golkar dan PDI Perjuangan yang tidak cukup dekat belakangan ini.
Sementara di barisan Anies, sama beratnya bagi Golkar. Mengingat bagaimana NasDem, Demokrat dan PKS telah lebih dulu sepakat agar kewenangan Cawapres ditentukan oleh Anies sendiri. Desas-desus mengenai keinginan untuk adanya RI 2 dari luar partai juga sangat kuat, hal tersebut tentu menjadi penghalang terbesar Golkar.
Sebagai partai elite yang cukup besar, Golkar agaknya enggan untuk masuk ke dalam koalisi dengan cuma-cuma, paling tidak, kursi RI 2 harus ada di tangan partai berwarna kuning tersebut. Golkar memang belum mustahil untuk ada di barisan Ganjar atau Anies, namun jika ingin berada di salah satu barisan tersebut, tentu Golkar harus rela hanya dengan kursi menteri di kemudian hari.
Mengingat Golkar yang awalnya optimis untuk memegang kendali koalisi dengan mengusung KIB, kini miris rasanya melihat Golkar pula yang harus tertatih-tatih. Peluang yang ada sangat kecil, bahkan di barisan Prabowo Golkar juga akan sama sulitnya, sebab PKB tentu tak ingin melepas Cak Imin.
Tapi dari keseluruhan kemungkinan yang ada, dalam dunia politik semua bisa berubah dengan singkat, apa lagi waktu yang tersisa saat ini masih cukup panjang dan terbuka lebar untuk bermanuver.
Lain Golkar yang sedang menghadapi kepelikan, lain pula PAN yang mungkin akan lebih memilih bergabung di barisan Ganjar. Mengapa begitu? Analisa penulis cukup mudah, PPP yang dipimpin oleh Mardiono saat ini adalah PPP yang sempat mengalami perpecahan dan konfilk internal. Sama halnya dengan PAN yang dipimpin oleh Zulhas sekarang, di mana posisi yang didapat berujung pada keluarnya Amien Rais.
Konon kabarnya, partai-partai yang terlibat dalam konflik internal, akan dimenangkan oleh orang yang mendapat restu dari istana, maka sebagai yang mendapat restu, harus ada timbal balik yang mesti dilakukan untuk membalas budi. Zulhas misalnya, pasca diangkat sebagai Kemendag, Ketua Umum PAN itu akan cenderung tegak lurus di bawah arahan politik Jokowi, untuk mendukung penerusnya, Ganjar Pranowo.
Zuandanu Pramana, Pimpinan Redaksi Oerban.com