Serpong, Oerban.com – Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo mendorong Sumber Daya Manusia (SDM) di dunia pertanian menjadi yang unggul, professional dan adaptif. Pasalnya, SDM menjadi kunci penting dalam pembangunan pertanian untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
Menurut Syahrul, saat ini sudah saatnya para agen perubahan di bidang pertanian menjadi delegasi di masyarakat. Mereka harus mampu mengubah persepsi anak muda tentang pertanian yang selalu dianggap kotor. Masyarakat luas harus tahu bahwa pertanian itu profesi yang penting di Indonesia.
“Bangsa bisa kuat kalau pertaniannya maju. Kalau begitu ini tugas yang berat yang perlu kita selesaikan secara serius,” ucap Syahrul.
Menjawab tantangan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan salah satu upaya mewujudkan agen perubahan dibidang pertanian adalah penerapan smart farming karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi Covid 19.
“Menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tapi harus dengan smart farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk senakin besar dan lainnya mengharuskan penggunakan teknologi yang smart.
“Kemudian, digitalisasi pertanian menjadi efektif dan penggunaan mekanisasi semakin maju sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi dan pendapatan petani semakin naik”, ujar Dedi.
Lebih lanjut Dedi mengatakan kemajuan pertanian turut didukung generasi milenial karena memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara-cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri dan modern.
“Saya tidak akan pernah bosan menyampaikan tujuan pembangunan pertanian nasional. Sebagaimana Mentan SYL (Syahrul Yasin Limpo) selalu mengingatkan kita untuk menyediakan pangan bagi 267 Juta jiwa penduduk Indonesia dari sabang sampai merauke. Selain itu peningkatan kesejahteraan petani hingga ekspor. Tujuan pembangunan pertanian nasional ini harus menjadi sumber inspirasi, sumber referensi, target kita semua seluruh insan pertanian yang ada di Indonesia”, tegas Dedi.
Dedi menjelaskan cara mewujudkan pembangunan pertanian adalah dengan memanfaatkan inovasi teknologi mutakhir dan modern dan SDM pertanian yang mengimplemantasikan inovasi teknologi modern tersebut. Jika masih menggunakan cara konvensional atau tradisional maka produktivitas rendah.
“Maka, kita harus mencari inovasi teknologi modern tersbut dan jawabannya adalah smart farming. Smart farming adalah solusi untuk meningkatkan produktivitas, karena sudah terbukti dapat menggenjot produktivitas, meningkatkan efisiensi, jaminan kontinuitas produk pertanian dan kualitas produk pertanian kita. Smart farming juga dicirikan dengan menggunakan produk bio science dan bio teknologi dan semuanya berlimpah di dunia dan di Indonesia”, pesan Dedi dihadapan 49 peserta kegiatan Young Ambassador (28/03).
“Bila kalian para Young Ambassador ini hebat maka sektor pertanian kedepan akan hebat, melejit tak hanya didalam negeri tetapi hingga ke mancanegara. Namun sebaliknya bila kalian para Young Ambassador melempem maka pembangunan pertanian dipastikan tidak akan berjalan, Nauzubillahiminzalik. Maka saya berpesan bahwa kelanjutan pembangunan sektor pertanian ini ada di pundak kalian, menjadi tanggung jawab kalian”, pesan Dedi.
Young Ambassador adalah kegiatan yang dilakukan oleh Program Youth Entrepreneurship and Employment Services (YESS) untuk mengajak kaum muda yang telah sukses di sektor pertanian untuk berperan secara aktif mempromosikan potensi sektor pertanian kepada kaum muda sebagai sektor yang modern, menghasilkan pendapatan yang tinggi dan memberikan dampak sosial terhadap lingkungan sekitar.
Project Manager Program YESS, Inneke Kusumawati menjelaskan 49 peserta tersebut dengan rincian 39 laki-laki dan 10 perempuan. “Mereka berasal dari 17 Provinsi di Indonesia yang merupakan pengajuan dari UPT Pelatihan (9 orang); UPT Pendidikan (20 orang) dan BPH DPM (20 orang). Semua merupakan pengusaha dan petani milenial yang hebat. Mereka berasal dari sub-sektor tanaman pangan, hortikultura (sayur, buah, flori dan tanaman obat), perkebunan (kopi, kelapa sawit) dan peternakan (kambing, domba, telur puyuh, ayam dan lainnya). Selama 6 hari mereka dibekali dengan wawasan tentang agribisnis yang kuat agar dapat menyampaikan informasi tentang peluang di sektor pertanian, kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan memberikan citra yang positif terhadap orang lain, baik pribadi maupun usahanya serta kemampuan untuk memberdayakan pemuda sekitar dan mempengaruhi kaum muda yang lain untuk masuk ke sektor pertanian”, papar Inneke.
Di akhir acara Direktur Program YESS yang juga Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Kapusdkiktan) Idha Widi Arsanti bersama dengan Direktur Politeknik Enjenering Pertanian Indonesia (PEPI) Muharfiza mengumumkan 27 peserta yang lolos seleksi bootcamp dan akan melanjutkan ke seleksi 15 besar Young Ambassador selanjutnya.
Penulis: Nurlaily