Karya: Zuandanu Pramana Putra
Menanti rindu di kesunyian malam,
Sepi tak bermakna lalu tenggelam,
Tiada henti meratap pedih,
Menangisi raga yang tak mungkin kembali.
Sia-sia sebuah penyesalan,
Yang terlampias di ujung jalan,
Meski serapah aku layangkan,
Pada takdir yang dibuat tuhan,
Namun luka semakin dalam,
Membunuh hati secara perlahan.
Begitu banyak kesedihan datang,
Terhampar luas bersama kenangan,
Menembus batas dari tiap ingatan,
Tak akan lekang sepanjang zaman.
Aku tahu kau masih bersemayam,
Dalam lubuk hati yang paling dalam,
Dapat kurasa saat terpejam,
Hadirmu mampu menepis kelam.
Dunia semakin terasa hampa Ran,
Aku juga tak ingin hidup dalam bayang-bayang,
Dari pedihnya pengkhianatan kemarin,
Mungkin tuhan memang lebih sayang padamu.
Jambi, 8 Januari 2021
Editor: Renilda P Yolandini