London, Oerban.com – Menteri Luar Negeri Inggris, David Cameron, pada Kamis (1/2/1014) mengatakan bahwa Inggris bisa secara resmi mengakui negara Palestina tanpa menunggu hasil perundingan perdamaian dengan Israel selama bertahun-tahun.
David Cameron, ketika berbicara kepada The Associated Press dalam kunjungannya ke Lebanon pada hari Kamis, mengatakan bahwa tidak akan ada pengakuan yang bisa diperoleh jika Hamas masih berada di Gaza, namun pengakuan tersebut dapat terjadi ketika perundingan Israel dengan para pemimpin Palestina masih berlanjut.
“Pengakuan Inggris terhadap negara Palestina yang merdeka, termasuk di PBB, tidak bisa terjadi pada awal proses, namun tidak harus menjadi akhir dari proses,” kata Cameron, mantan perdana menteri Inggris.
“Ini bisa menjadi sesuatu yang kami pertimbangkan ketika proses ini, seiring kemajuan menuju solusi, menjadi lebih nyata,” kata Cameron. “Apa yang perlu kita lakukan adalah memberikan cakrawala kepada rakyat Palestina menuju masa depan yang lebih baik.”
Prospek tersebut, lanjutnya, sangat penting bagi perdamaian dan keamanan jangka panjang di kawasan ini.
Inggris, AS, dan negara-negara Barat lainnya mendukung gagasan kemerdekaan Palestina yang berdampingan dengan Israel sebagai solusi terhadap konflik yang paling sulit diselesaikan di kawasan ini, namun mereka mengatakan kemerdekaan Palestina harus dicapai sebagai bagian dari penyelesaian yang dinegosiasikan. Tidak ada negosiasi substantif sejak 2009.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menolak pembentukan negara Palestina merdeka setelah perang, dan bahkan dalam beberapa minggu terakhir telah menyombongkan diri bahwa ia berperan penting dalam mencegah terbentuknya negara Palestina.
Sebuah langkah yang diambil oleh beberapa sekutu utama Israel untuk mengakui negara Palestina tanpa persetujuan Israel dapat mengisolasi Israel dan memberikan tekanan pada negara tersebut untuk ikut serta dalam perundingan.
Cameron mengatakan langkah pertama yang harus diambil adalah “jeda pertempuran” di Gaza yang pada akhirnya akan berubah menjadi “gencatan senjata permanen dan berkelanjutan.”
Dia menambahkan bahwa agar negaranya bisa mengakui negara Palestina, para pemimpin Hamas harus meninggalkan Gaza karena solusi dua negara tidak bisa terwujud jika Gaza masih dikuasai oleh orang-orang yang bertanggung jawab atas kejadian 7 Oktober, merujuk pada hingga serangan Hamas terhadap Israel yang memicu perang di Gaza.
Hamas sejauh ini mengambil sikap bahwa para pemimpinnya tidak akan meninggalkan wilayah tersebut sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.
Cameron mengatakan negaranya juga mengusulkan rencana untuk meredakan ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel, tempat kelompok Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel saling baku tembak hampir setiap hari selama empat bulan terakhir, sehingga memicu kekhawatiran akan perang yang lebih luas.
Rencananya termasuk Inggris melatih pasukan militer Lebanon untuk melakukan lebih banyak pekerjaan keamanan di wilayah perbatasan, katanya.
Sumber: Daily Sabah