“Jambiku Bukan Kota Beradat Lagi Melainkan Jambiku Kota Berasap”
Karya : Andre Buntoberi
Kini ku sematkan nama ini sesuai yang terjadi belakangan ini terulang kembali bencana asap yang melanda Jambi dulu tahun 2015 sempat terjadi kebakaran hebat yang melanda kota beradat ini namun sekarang pada tahun 2019 dari bulan februari hingga puncaknya bulan Oktober ini kita merasakan seksama betapa kejamnya manusia yang membakar hutan dan lahan demi kepentingan sebelah mata dan menghancurkan kepentingan seluruh masyarakat kota beradat.
Sungguh ironi Bung !!!
Betapa lalainya sejumlah pemimpin yang di agungkan masyarakat kota beradat untuk melindungi masyarakatnya dan kini mungkin Tuhan pun murka akan keserakahan umat manusia nya yang menghancurkan anugerah yang di berinya. Oh Tuhan ampunilah kami yang telah menghancurkan anugerah mu ini kami lalai menjaga nya kami lupa diri kami habiskan hutan dan lahan demi kepentingan sebelah mata.
Kini ibu Pertiwi pun sedih melihat kejadian ini lebih lagi masyarakat lupa akan kewajibannya menjaga karunia Tuhan.
Langit menguning hingga membuat warna menjadi merah partikel-partikel debu pun berterbangan hingga merusak saluran pernafasan kita sementara langit di atas kota beradat enggan untuk menangis. Tuhan selamatkan kami dari pemimpin yang berdasi yang berjiwa tikus kantor dan sadarkan mereka yang membuat rencana pembakaran ini.
Jambi,16 Oktober 2019
Penulis : Andre Buntoberi
Editor : Siti Saira. H