email : [email protected]

24.5 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Joki Skripsi, Boleh Ga Sih?

Populer

 

Kota Jambi, Oerban.com. Dalam semesta perkuliahan, menghadapi semester akhir merupakan saat-saat paling kritis. Kondisi dimana tekanan pertanyaan, kapan selesai kuliah, kapan nikah, kapan kerja dan kapan-kapan yang lain mulai dipertanyakan. Seolah hidup kita di design untuk berlomba satu sama lain.

Tapi percayalah, siapapun yang merasakan semester akhir, tentu tidak akan lolos dari sebuah kenyataan untuk mengerjakan skripsi. Skripsi dalam pengamatan pribadi saya merupakan tulisan karya ilmiah yang membahas suatu masalah, dengan solusi sekaligus. Meskipun dalam prosesnya, ada banyak metode dan ciri khas yang diterapkan sesuai keilmuan.

Dulu, sewaktu masih kuliah, saya pernah bertanya pada dosen mata kuliah pendidikan kewarganegaraan perihal siapa yang menentukan aturan penyusunan skripsi seperti sekarang, apakah ada pakem khusus secara internasional. Jawaban dosen tersebut membuat saya tak ambil pusing. “Kamu itu seperti bertanya namanya nenek dari nenek, neneknya nenek kamu” katanya.

Meski jawabannya tidak berterima di logika saya dan membuat saya membatin, harusnya saya tanyakan pada dosen agama saja, toh semua orang yang kuliah juga pada akhirnya akan menemukan hal yang sama; skripsi. Melihat fenomena pengerjaan skripsi yang bisa menyebabkan berbagai hal bagi mahasiswa, kita juga akan disadarkan dengan profesi joki skripsi. Tidak jelas kapan profesi ini muncul, barangkali seperti mempertanyakan kapan nenek dari nenek, neneknya nenek saya lahir, cukup njelimet jika diurai satu persatu.

Sudah sejak lama memperhatikan, dan saya juga tidak mempermasalahkan hal itu selagi keduanya (joki dan pengguna jasa) saling bersepakat. Namun hidup di masyarakat membuat kita  mempertimbangkan banyak hal. Pengguna narkoba dan pengedar yang saling bersepakat bertransaksi misalnya, tentu tidak dibenarkan secara hukum, norma sosial, dan agama. Lalu bagaimana joki skripsi ini dipandang, berikut beberapa perspektif tentang joki skripsi.

Baca juga  AGAR TIDAK STRES MENGHADAPI SKRIPSI

Perspektif agama

Agama memang akan jadi penerang dalam hidup kita. Sebab tanpa agama, manusia bisa saja berlaku semena-mena dalam hidup. Ia juga akan menjadi penunjuk jalan dalam banyak hal, tak terkecuali tentang joki skripsi. Ustad Dr.Oni Syahroni seorang penulis sekaligus pengamat Islam kontemporer menyebutkan, joki skripsi tidak dibenarkan karena bertentangan dengan adab (akhlaqiyat) seorang mahasiswa sesuai tuntunan nabi Muhammad,

“…Barangsiapa yang mengelabui (menipu) kami, maka ia bukan golongan kami.” (HR Muslim)

Selain itu, dari sisi akad, jasa joki skripsi tidak memenuhi kriteria objek ijarah (mutaqawwam) karena jasa penyusunan skripsi itu tidak halal. Jika terjadi, maka transaksi ijarahnya menjadi batal seperti menjual jasa untuk peruntukkan yang tidak halal. Dalam konsep ini, Dr. Oni mengibaratkan jika penulisan skripsi yang dilakukan oleh joki adalah keseluruhannya. Adapun di dalam Islam, kita dianjurkan untuk bersungguh-sungguh menuntut ilmu termasuk mengerjakan sendiri skripsi kita.

Perspektif pendidikan

Kampus sebagai institusi pendidikan membuat berbagai aturan untuk mempersiapkan lulusannya agar siap menghadapi dunia kerja. Namun, jika seorang mahasiswa menggunakan jasa joki skripsi dalam mengerjakan skripsinya, hal ini akan bertentangan dengan nilai-nilai yang diajarkan. Praktek penggunaan jasa joki skripsi ini tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang tua, dan masyarakat yang berakibat kepada kurangnya kemampuan, pengetahuan serta kompetensi yang dimiliki.

Perspektif moral 

Bagi seorang joki skripsi, mendapatkan cuan dari hasil karya tulisnya bisa jadi sebuah kepuasan. Namun, hal ini tidak berbanding lurus pada stigma negatif orang-orang terhadap profesi ini. Saya jadi teringat, mantan rektor UNY, pak Sutrisna Wibawa pernah mengingatkan akun yang promosi joki skripsi di kolom komentar, ia berpesan bahwa mencari uang jangan bertentangan dengan etika dan moral. Serta nama baik, kredibilitas, dan kepercayaan adalah modal besar dalam hidup yang bisa mengantarkan pada rezeki yang berlimpah dan berkah dunia akhirat.

Baca juga  Masyarakat Swiss Gaungkan Aturan Pelarangan Cadar

Cukup tiga perspektif itu dulu, untuk menjawab judul tulisan ini, selebihnya diserahkan pada pembaca. Memang kemalasan seseorang kadang mendatangkan rezeki tersendiri bagi kita, tapi kita tetap punya pilihan. 

Editor : Renilda Pratiwi Yolandini

- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru