Muaro Jambi, Oerban.com – Fajar telah menanti, suara ayam bersahut-sahutan menjadi alarm alam kehidupan yang penuh pengertian. Firman adalah anak semata wayang yang menginjak usia 14 tahun dan menempuh pendidikannya di SMP Nur Taqwa Desa Mekar Sari Makmur. la masih tertidur pulas, mata terpejam tak beri ruang seakan waktu senja baru menutup buku.
Firman dibangunkan ibunda untuk siap bergegas ikut ayahnya ke masjid, lima menit lagi adzan akan dikumandangkan dengan tanda waktu shalat di-handphone ayah. Ayah mengandeng tanganku seperti takut kehilangan ditengah keramaian.
Dalam perjalanan selain menikmati lantunan ayat suci Al-Quran di TOA masjid yang merdu seakan merayu umat dengan rayuan romantis agar shalat berjamaah, udara subuh masuk kedalam hidungku, segar dan sehat membuat tubuhku kuat, kuat akan masa depan berbagai rintangan yang menghadang
Ayahku berkata kepadaku, “Nak hiruplah udara subuh sebanyak-banyaknya sampal kamu tak bisa lagi menikmatinya, mengapa udara diwaktu subuh itu sehat. Tau tidak nak?”
Firman menjawab, “Tau Ayah, hmm… pasti karena udara subuh bebas asap dan polusi, yah.”
Ayah menjawab dan menjelaskan dengan senyum penuh pembelajaran, “Wah pintar anak ayah, karena waktu subuh merupakan udara yang penuh kedamaian dan jauh kemunafikan, diberikan kepada orang yang bertakwa. Salah satu shalat yang berat bagi orang munafik adalah shalat subuh, Alhamdulillah kita termasuk orang yang beruntung.”
Firman menjawab, “Wah masya Allah, terima kasih Ayah.”
Bermula itulah Firman giat sekali untuk ikut melaksanakan shalat subuh berjamaah bersama ayah. Walaupun istiqomah itu berat, tetapi Firman berhasil menaklukan waktu subuhnya dibantu ibunda dan alarm alam serta tekad yang kuat menjadikannya anak yang sholeh patuh dengan orangtua.
Satu bulan kemudian, tepat hari Minggu Firman pulang dari masjid bersama ayah setelah melaksanakan shalat subuh. Ia melihat langit putih bersahabat walaupun warnanya abu-abu seakan banyak menyimpan pertanyaan.
Tak lama dari itu langit mulai tampak jelas, warnanya biru yang diselimuti awan-awan putih yang masih remaja, tamu di ufuk timur telah datang, memancarkan cahaya kegembiraan dan semangat juang. Ia tak kenal lelah keputusasaan memberikan motif dan corak kehidupan, ya itu matahari. la selalu dinantikan semua orang, apabila fajar telah pergi.
Firman sangat senang menikmati pagi hari itu, duduk di teras rumah dengan menyantap semangkok bubur ayam kesukaan yang dibuat oleh ibundanya. Mendadak ia teringat dengan kakek, lalu Firman memohon kepada ayah untuk berkunjung ke rumah kakek pada hari itu.
Firman pun berkata dengan penuh harapan, “Ayah, bagaimana jika hari ini kita bermain ke tempat kakek? Firman sudah lama tak jumpa kakek.”
Ayah menjawab, “Baiklah nak, sekarang makanlah dulu setelah itu mandi dan ajak ibunda bersiap-siap ya?”
Firman girang gembira dengan melompat-lompat lalu berkata “Hore… hore. horeee terimakasih ayah, segera Firman habiskan makanannya.”
Ayahnya tersenyum bahagia melihat anak semata wayangnya sangat gembira. Lalu ayah pergi ke garasi mengecek dan memanaskan mobil agar perjalanan aman, nyaman dan selamat sampai tujuan.
Setelah semuanya siap, rumah pun dikunci oleh ibunda tak lupa pagar pun ditutup rapat-rapat. Muka Firman terlihat cerah dan bersemangat bahagia, Ibunda dan ayah juga ikut merasakan bahagia.
Kemudian Firman bersama ibu masuk kedalam mobil, ayah yang menyetir telah siaga memimpin perjalanan. Dalam perjalanan Firman melihat berbagai ragam keindahan, mulai dari perdesaan, perbukitan, hutan, hewan liar, gunung dan hijaunya sawah membentang.
Ayah pun berkata kepada Firman, “Wahai anakku, itu merupakan indahnya alam yang sedikit dari indahnya syurga, semua itu milik dan kekuasaan-Nya. Sebab itulah kita harus pandai bersyukur terhadap nikmat yang diberikan.
Ibunda pun berkata, “Anak ayah dan ibunda yang sholeh, betul kata ayah. Semoga ananda kelak mejadi orang yang bermanfaat, berbuat kebaikan dan syafaat untuk ayah dan ibunda ya.”
Firman pun sangat tersentuh dan berkata, “Ayah Ibunda Firman sangat beruntung mempunyal dua malaikat yang selalu setia menemani Firman.”
Ayah dan Ibunda lalu mengusap kepala dan memeluk Firman dengan pelukan yang menyimpan makna arti cinta.
Tidak lama kemudian, sampailah Firman di rumah kakek, ternyata kakek dan nenek telah siap menungggu cucu kesayangannya datang. Firman heran dari mana kakek dan nenek tahu jika Firman ingin bermain, ayah dan ibunda pun merahasiakan kedatanganku. Ternyata kakek sudah firasat dan hatinya berkata jika cucu sholeh kesayangan akan datang hari ini. Akhirnya semua ikut merasakan hangat keluarga yang penuh syukur dan kebahagian.
Penulis: Abd Manap