Kementan selenggarakan Agenda Intelektul ToT Smart Farming solusi genjot produktivitas dan mengamankan Pangan masa Depa
Salah satu respon adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini dan menjadi solusi dalam mengenjot produktivitas sekaligus kualitas produk pertanian sehingga menjadi komoditas eksport dan memiliki daya saing adalah Teknologi smart farming.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa Dalam kondisi anomali iklim, fenomena Hama Penyakit , banjir, instrusi air laut dan hantaman covid-19, Produksi pertanian tetap tidak boleh berkurang bahkan harus meningkat
“ Solusi untuk mengamankannya tidak lain adalah smart farming, internet of things , digitalisasi pertanian. Smart farming inovasi yang dapat mendongkrak produktivitas pertanian kita. Untuk menjawab tantangan climate chang implementasi smart farming harus dilakukan meningkatkan agenda inelektual semua stakeholder “ ungkap Dedi.
Dedi menambahkan smart farming adalah pemanfaatan produk bioteknologi, antara lainnya di dalamnya ada pemupukan berimbang, penggunaan varietas yang berproduksi tinggi, mekanisasi pertanian, dan pemanfaatan IoT.
Berdasarkan itulah, BPPSDMP menyelenggarakan melaksanakan ToT bagi smart farming bagi widyaiswara, dosen, guru dan penyuluh pertanian. Dilaksanakan di Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogori Gedung Bina Karakter, Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi, Bogor yang diikuti 60 peserta offline yang terdiri dari widyaiswara, dosen, guru, penyuluh dari UPT BPPSDM Kementan serta 14ribu peserta online.
Kegiatan ini di sambut baik oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) “TOT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara tradisional ke cara modern melalui smart farming. TOT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan,” kata Syahrul dalam arahannya.
Syahrul mengatakan, smart farming dan digitalisasi pertanian sangat penting karena pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan tantangan besar, seperti bertambahnya jumlah penduduk, keterbatasan lahan dan perubahan iklim.
“Oleh karena itu, hadirnya TOT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan TOT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur,” jelasnya.
Syahrul berharap, smart farming yang masif dapat menarik minat generasi milenial untuk terjun pertanian. Pasalnya, generasi milenial memiliki semangat berinovasi yang tinggi untuk melakukan cara yang baru terhadap penanganan pertanian yang maju, mandiri dan modern.
“Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilanya ada yang puluhan juta, Rp 400 juta dan bahkan ada yang sampai Rp 2 miliar,” tuturnya.
Agenda ToT smart farming dan digitalisasi ini akan dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 25-27 Januari 2022. Narasumber yang hadir juga berasal dari tenaga yang kompeten dibidangnya seperti dari PKHT IPB, BLK Lembang, Habibie garden, petani milenial dan wirausahawan muda dari P4S PMK, owner dairy Farm, owner Pasini Naratas, widyaiswara dari ppmkp ciawi.
Selama tiga hari ini peserta akan digenjot dalam penerapan smart farming di bidang pertanian, perakitan modul control untuk smart farming, implementasi smart farming di tanaman pangan , perkebunan, hortikultura, peternakan dan kredit usaha rakyat.