Jakarta, Oerban.com – Ketua Sub-Tim 1 pengkaji RUU ITE Henry Subiakto dalam akun twitter pribadinya, menawarkan perihal adanya kewajiban menggunakan identitas asli bagi para pengguna Medsos.
“Bagaimana menurut Anda, kalau dalam revisi UU ITE, ada masukan kuat yang ingin mewajibkan pengguna medsos, akun-akunnya harus mencatumkan nama dan identitas yang benar,” Kata Henry pada Jum’at (26/2).
Lebih lanjut, Henry mengatakan jika pencantuman identitas asli bertujuan agar ada tanggung jawab sosial terhadap isi pesan yang disuarakan, serta ada sanksi hukum bagi yang memalsukannya.
Staf ahli Kemenkominfo itu menjelaskan jika yang anonim di muka publik juga bisa dicari, dibongkar, dan dituntut secara hukum oleh penegak hukum jika memang bersalah.
Tetapi di samping itu kata dia, akun tanpa identitas akan merasa bebas dari tanggung jawab sosial, tidak malu, tidak merasa bersalah, dan merasa aman daru kontrol masyarakat.
Menurut Henry, atas nama kebebasan berpendapat saat ini, ada yang ingin di medsos itu bebas menuduh, menyebar fitnah, hoax, syiar kebencian dan permusuhan Sara.
“Nyebarnya bahkan boleh sembunyikan identitas, tapi disuruh selesaikan secara perdata. Korban fitnah hrs cari sendiri pelaku yg akan digugat,” Ujarnya.
Henry mengingatkan kalau hoax akan menyebabkan perpecahan, untuk itu dia meminta agar dunia cyber tidak jadi tempat sampah informasi, wilayah kumuh komunikasi yang penuh hoax, sumpah serapah, fitnah, ghibah dan namimah.
“Kritik dan koreksi boleh dan berguna malah, tapi aturan dan etika jangan ditiadakan,” Tegasnya.
Untuk informasi, Henry memberitahukan jika pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 196,7 juta, sebagian besar aktif di medsos sebagai komunikator, komentator, hingga ada juga yang provokator.
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini
