Padang, Oerban.com – Sungkai adalah nama sebuah kampung nan permai, di mana terdapat bentang alam pedesaan yang terdiri dari sungai, bukit, lembah, sawah, ladang, hutan serta jalan yang berkelok-kelok mengikuti kontur tanah. Uniknya kampung yang berada di Kelurahan Lambung Bukit Kecamatan Pauh Kota Padang ini berada hanya sekitar 3 km dari gerbang kampus Universitas Andalas dan kampus Politeknik Negeri Padang. Kampung Sungkai yang berada di kawasan hulu Kota Padang ini, juga berada tak jauh dari Kantor Walikota Padang, yakni sekitar 10 km.
Setelah melanglang buana ke sejumlah daerah di Indonesia, kampung juga lah yang memanggil Rimbra, sosok petani merdeka ini untuk pulang dan mulai menetap di bulan Februari 2008. Pilihan untuk hidup di kampung ini sudah menjadi tekad bulat Rimbra. Pembuktian bahwa menggerakkan perubahan sosial dari kampung, merupakan salah satu cita-citanya.
Saat itu, kondisi kampung masih serba terbatas. Belum ada prasarana listrik dan jalan tanah yang baru bisa ditempuh dengan sepeda motor atau jalan kaki. Melihat kondisi demikian, maka karakter inisiatif Rimbra muncul. Lalu digerakkanlah warga yang waktu itu jumlahnya belum beberapa KK untuk bergotong royong. Untuk pendanaan, Rimbra mencoba mengajukan proposal ke pemerintah dan memperoleh dana pembangunan jalan usaha tani dari PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM – MP) waktu itu.
Dengan semangat untuk membuka keterisoliran kampung, maka Rimbra memberikan upah kepada warga masyarakat yang tak punya pekerjaan agar pengerjaan jalan cepat selesai dari dana PNPM MP tersebut dari hari Senin – Sabtu dan hari Minggunya bergotong royong . Alhamdulillah dari kreativitas mengelola dana PNPM MP tersebut, hasilnya melebihi dengan yang direncanakan di proposal, sehingga pengelola PNPM MP menambah jumlah dana untuk tahap kedua. Di sinilah talenta Rimbra sebagai pemimpin dan penggerak perubahan di kampung mulai tumbuh dan memperoleh rasa percaya dari warga masyarakat.
Melihat bukti ketekunan dan konsistensi Rimbra maka masyarakat Kampung Sungkai waktu itu mengapresiasi dengan tanggung jawab yang lebih besar menjadi Ketua Rukun Tetangga pada tahun 2010 karena Ketua Rukun Tetangga sebelumnya tidak aktif karena kesibukannya. Inilah awal Rimbra berproses menjadi pemimpin formal. Jabatan Ketua Rukun Tetangga, membuat tanggung jawab menjadi lebih besar dan potensi sumberdaya alam yang ada serta mata pencaharian masyarakat yang mayoritas bergerak di sektor pertanian, menggerakkan Rimbra untuk merintis pendirian sebuah organisasi petani di Kampung Sungkai.
Akhirnya mimpi warga masyarakat yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani untuk memiliki organisasi petani, bisa diwujudkan oleh Rimbra dengan pendirian Kelompok Tani Sungkai Permai pada tahun 2013. Beragam tantangan dihadapi dalam proses pendirian organisasi petani ini dan dijadikan sebagai cambuk untuk membuktikan eksistensi ke para penentang.
Awalnya jabatan Rimbra sebagai sekretaris dan karena ketua kelompok kurang aktif, maka anggota memberi amanah menjadi ketua.
Peran sebagai Ketua Kelompok Tani Sungkai Permai dilakukan Rimbra dengan kesungguhan hati. Segenap pikiran dan tenaga beliau curahkan agar organisasi petani ini benar benar berfungsi secara optimal memberikan kebermanfaatan bagi warga, khususnya petani di Kampung Sungkai. Beragam kegiatan diinisiasi oleh Rimbra dan disepakati bersama anggota. Dari bantuan sejumlah pihak, tak kurang dari setengah milyar rupiah bisa diperoleh untuk menggerakkan pembangunan pertanian di Kampung Sungkai.
Keaktifan Kelompok Tani Sungkai Permai tak hanya dikenal untuk lingkup Kelurahan Lambung Bukit dan Kecamatan Pauh, melainkan juga untuk Kota Padang. Sebagai apresiasi dari Dinas Pertanian Kota Padang, pada tahun 2016, Rimbra dipilih untuk mengikuti Lomba Cerdas Cermat Tingkat Petani di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dan Alhamdulillah memperoleh peringkat juara dan piagam dari Pangdam 1 Bukit Barisan di tahun 2016.
Selain itu, juga pernah diundang oleh Moeldoko (sekarang Kepala Staf Khusus Presiden) untuk pertemuan di Kota Pariaman dalam rangka program ketahanan pangan. Dari program ini, Kelompok Tani Sungkai Permai dipilih untuk lokasi demplot pertanian padi organik bekerjasama dengan Kodim Kota Padang, demplot cabe organik bekerjasama dengan UPT Dinas Pertanian Kecamatan Pauh, serta ujicoba pengembangan biogas dari kotoran sapi bekerjasama dengan dosen Universitas Andalas. Sejak awal merintis kelompok tani, Rimbra sudah memilih untuk konsisten berbudidaya dengan perlakuan organik atau pendekatan bertani selaras alam.
Secara perlahan seiring dengan beragam kegiatan dan pencapaian prestasi, orang mulai melirik dan mulai berdatangan ke Kampung Sungkai. Hal ini bertepatan pula dengan mulai dirintisnya pelebaran jalan dan tersedianya prasarana listrik.
Kampung Sungkai pun mulai menggeliat dan tak terhindar dari dampak modernisasi. Dinamika penguasaan dan pengusahaan tanah mulai mengemuka. Beragam masalah di internal kaum dan dari pihak eksternal, khususnya menyangkut tanah ulayat menyertai aktifitas pertanian yang dipimpin dan dikelola Rimbra bersama anggota Kelompok Tani Sungkai Permai. Konsistensi Rimbra dengan keteguhan sikap ini akhirnya berdampak pada dilepasnya jabatan sebagai Ketua Rukun Tetangga serta keanggotaan dari Kelompok Tani Sungkai Permai. Konflik yang terjadi demikian rumit, sehingga Rimbra memilih mengalah selangkah untuk bergerak sepuluh langkah. Itulah tekad yang ditanamkan.
Ternyata jalan tetap ada bagi manusia yang konsisten merawat alam, berkreasi dan punya banyak talenta. Pengalaman sebagai petani yang bisa mengkreasikan dan menghasilkan inovasi pertanian berupa sejumlah pupuk organik (cair dan padat), serta pestisida nabati, menghantarkan Rimbra untuk merintis pendirian Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) dengan nama P4S Sungkai Permai pada tahun 2017 dengan status pemula melalui bimbingan keluarga beliau seorang petani ahli yang juga sudah memimpin sebuah P4S di Kota Padang, Fauzan Azim.
Keberadaan P4S Sungkai Permai ini dengan sertifikat kelas pemula, langsung diperoleh dari Ditjen PPSDM Kementerian Pertanian RI dan didampingi oleh Balai Pelatihan Pertanian Jambi bersama P4S lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Melalui lembaga P4S, talenta sebagai inovator, investor dan edukator Rimbra makin menemukan ruangnya. Sejumlah inovasi dihasilkan dan menjadi alternatif sumber pendapatan rumah tangga. Sejumlah kegiatan kolaborasi dengan Fakultas Pertanian Universitas Andalas juga dilakukan, baik praktikum lapangan mahasiswa, pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa, penelitian mahasiswa, pengabdian kepada masyarakat oleh dosen, penelitian dosen, magang mahasiswa dan KKN mahasiswa. Keberadaan Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) juga menjadi wahana belajar, bekerjasama, berproduksi serta menghasilkan uang.
Beragam kegiatan yang membuktikan eksistensi P4S Sungkai Permai ini, diapresiasi oleh Kementerian Pertanian RI dengan menaikkan status menjadi P4S kelas madya.
Masa pandemi yang melanda Indonesia diawal tahun 2020, ternyata menjadi berkah bagi Rimbra dan keluarga serta anggota P4S Sungkai Permai. Pandemi Covid 19 menyebabkan orang gencar mencari obat penangkal dan salah satu obat herbal yang tersedia di alam dan booming sebagai alternatif penangkal virus Covid 19 adalah daun tanaman Sungkai. Ikhtiar Rimbra untuk melakukan penyelamatan tanaman Sungkai yang mulai langka di kampung, didukung oleh Prof. Helmi (Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas) beserta sejumlah relawan yang terdiri dari guru, mahasiswa, dosen, budayawan, dan pengusaha dengan meluncurkan Program Sedekah Pohon Sungkai di bulan November tahun 2020. Sekitar 300 bibit tanaman Sungkai yang sudah dibudidayakan Rimbra di P4S Sungkai Permai ditanam di sepanjang pinggir sungai dan juga areal perbukitan seluas lebih kurang 4 ha yang hak pengelolaannya diserahkan oleh kaum kepada Rimbra.
Pada tahun 2020 itu, selain Covid 19 yang makin bergerak menuju pandemi dan mengancam aktifitas masyarakat, termasuk petani, juga tersebab oleh semakin tingginya dinamika terkait penguasaan lahan di Kampung Sungkai. Tantangan ini memunculkan ide kreatif Rimbra untuk mengoptimalkan aset lahan ulayat kaum yang dikelola menjadi destinasi ekowisata. Inisiatif budidaya beragam komoditi pertanian juga pernah dirintis tahun 2015 lalu, berupa jagung, cabe mesht, dll. Selain itu juga mendirikan pondok diatas di bukit dan dimanfaatkan oleh mahasiswa dari BEM Fakultas Pertanian Universitas Andalas untuk lokasi belajar di alam bagi anak anak di Kampung Sungkai saat hari libur. Kegiatan sanggar belajar ini memberikan manfaat bagi anak anak setempat dan ini tak terlepas dari peran Rimbra.
Rintisan destinasi ekowisata yang dirintis Rimbra secara swadaya, memperoleh momentum saat pandemi dan digerakkan pembangunan sejumlah fasilitas pendukung bagi pengembangan ekowisata dengan pendekatan badoncek atau bergotong royong dari segenap relawan lintas profesi yang tertarik berkolaborasi dengan misi pelestarian lingkungan yang digagas Rimbra. Sejumlah fasilitas berhasil dibangun, seperti sejumlah dangau untuk belajar, tempat shalat, fasilitas MCK, kolam ikan, jembatan, lahan budidaya dengan pola terasering, rumah pohon, rumah bibit, dll.
Setahun setelah dirintis, maka ditegakkan lah plang nama Ekowisata Sungkai Green Park. Sudah lebih dari dua ribu orang dari beragam usia dan profesi telah berkunjung ke destinasi wisata yang sudah diliput oleh satu media internasional, delapan media televisi nasional, dua media televisi daerah, dan tiga surat kabar daerah. Media ini hadir saat booming tanaman Sungkai di masa pandemi dan mereka meliput langsung dari proses pembibitan, budidaya, pengolahan dan pemasaran produk teh Sungkai rasa original yang dikreasikan Rimbra beserta anggota P4S Sungkai Permai.
Teh Sungkai rasa original ini juga sudah dinikmati oleh Walikota Padang beserta staf saat berkunjung ke Kampung Sungkai meresmikan pembangunan jalan. Begitu juga Menteri Parekraf dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno saat mengadakan kegiatan di sebuah hotel di Kota Padang. Produk teh Sungkai juga memperoleh dukungan dari para dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas dengan melahirkan varian teh Sungkai rempah dan bersama dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas melahirkan invensi teh Sungkai Stevia. Sejak mulai diproduksi, teh Sungkai tiga varian rasa ini sudah terjual ratusan pack dan cukup membantu ekonomi rumahtangga anggota P4S Sungkai Permai.
Saat ini, setiap hari Sabtu dan Minggu, kawasan Ekowisata Sungkai Green Park sudah menjadi destinasi camping bagi siswa dan mahasiswa di Kita Padang. Kemampuan yang dimiliki oleh Rimbra, mengantarkannya juga menjadi narasumber dan motivator pada kegiatan pelatihan yang diadakan oleh instansi pemerintah terkait di Provinsi Sumatera Barat.
Talenta ini juga yang mempertemukan Rimbra dengan Kepala Sekolah SD Bustanul Ulum dan juga penggerak masyarakat di Kampung Baru Busuk yang terletak di sebelah Kampung Sungkai, Efi Asmanto, S.Ag Beragam inovasi pendidikan untuk siswa sekolah dasar, menengah dan atas dirintis bersama Tim Relawan Indonesia Cerah Sumatera Barat yang dipimpin pak Efi, nama akrab Kepala Sekolah ini. J Camp Training dan Flying School merupakan dua program unggulan bagi siswa, khususnya panti asuhan di Kota Padang. Fasilitas yang tersedia di kawasan Ekowisata Sungkai Green Park menjadi wahana bagi proses pembentukan karakter para siswa dan juga karakter empati kepada petani dan cinta pertanian yang selaras dengan alam.
Harapan Rimbra berikutnya adalah bagaimana agar inisiatif pengembangan wisata berkelanjutan (sustainable tourism) yang dilakukan, bisa menginspirasi warga sekitar untuk ikut juga mengoptimalkan pemanfaatan lahan ulayat kaum dan lahan produktif, sekaligus merawat alam. Agar ilmu dan keterampilan yang dimilikinya lebih bermanfaat bagi warga dan juga berdampak luas di Kampung Sungkai, di tahun 2022, Rimbra merintis pendirian Kelompok Tani Hutan Sungkai Bukik Bulek dan salah satu program yang dilakukan saat ini adalah pengembangan tanaman kaliandra bekerja sama dengan pihak CSR Semen Padang.
Kampung Sungkai dengan luas lahan mencapai 400 ha, masih menyimpan potensi lahan namun masih banyak yang dalam kondisi tandus dan terabaikan. Kelompok Tani Hutan Sungkai Bukik Bulek yang dipimpin Rimbra, beranggotakan sejumlah 35 orang dengan luas lahan yang dimiliki lebih kurang 100 ha. Harapan Rimbra, KTH Sungkai Bukik Bulek bisa menjadi kelompok yang terorganisir, khususnya dalam kegiatan menghijaukan kembali lahan lahan yang selama ini gersang dan tandus dan bisa dimanfaatkan untuk penghidupan berkelanjutan warga lokal. Apalagi anggota Kelompok Tani Hutan Sungkai Bukik Bulek ini sebagian besar berusahatani di lahan yang beresiko banjir dan rawan longsor. Dengan adanya program penghijauan kembali dengan tanaman kaliandra, semoga bisa meminimalisir bencana.
“Misi sosial saya untuk menggerakkan perubahan sosial di Kampung Sungkai, mencakup tiga hal, yakni : (1) mengoptimalkan pemanfaatan lahan ulayat kaum dengan pengembangan wahana pendidikan alternatif serta destinasi wisata berkelanjutan, (2) menjaga kelestarian sumberdaya alam, lingkungan dan lahan, serta (3) pengembangan aktifitas ekonomi dan alternatif pendapatan berbasis komunitas, mulai dari rumahtangga, kaum, kelompok/organisasi dan kampung “, tegas Rimbra suatu hari. Dan misi sosial Rimbra ini sejalan dengan misi sosial para relawan lintas profesi yang ikut bergerak bersama Rimbra secara berkelanjutan semenjak tahun 2020 lalu. Kolaborasi multi pihak menjadi kunci, mulai dari Kementerian Pertanian RI, Balai Pelatihan Pertanian Jambi, Universitas Andalas, SD Bustanul Ulum, Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Institut Teknologi Padang, Universitas Negeri Padang, Universitas Taman Siswa, Universitas Bung Hatta, Politeknik Negeri Padang, LSM Jemari Sakato, UIN Mahmud Yunus Batusangkar, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, SD Semen Padang, Unit CSR Semen Padang, dll dalam pengembangan dan menjaga keberlanjutan misi sosial P4S Sungkai Permai.