Kuala Tungkal, Oerban.com – Sekali dayung dua tiga pulau dilewati, pribahasa inilah yang cocok untuk petani desa Dataran Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Supari. Ia telah sukses mengintegrasikan sistem pertanian dari hulu ke hilir sehingga dapat memberdayakan petani dan masyarakat umum serta memberikan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan simbiosis mutualisme antara sapi dan tanaman perkebunan kelapa sawit yang biasa disebut integrasi sawit-sapi.
Integrasi sawit–sapi merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara tanaman sawit dan sapi untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan, peningkatan pendapatan, dan menjaga kualitas lingkungan. Integrasi sawit–sapi bukan berarti melepaskan sapi begitu saja di kebun sawit, tetapi memanfaatkan kotoran sapi yang dipelihara secara koloni sebagai pupuk tanaman sawit dan feed back-nya berupa pakan sapi yang diolah dari limbah sawit. Dengan integrasi ini, biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan dapat diminimalisir.
“ Limbah biomassa kelapa sawit selain tankos, cangkang, yaitu pelepah sawit yang sayang jika tidak dimanfaatkan dan menjadi pencemaran lingkungan apalagi jika dibakar, untuk itu kami formulasikan menjadi pakan sapi,” ujar Supari.
Sebagai ketua P4S Lentera kehidupan yang merupakan salah satu P4S binaan Balai Pelatihan Pertanian Jambi, Supari kini tidak hanya memanfaatkan simbiosis antara sapi dan sawit ini tetapi juga sudah bisa menghasilkan kompos dari sapi yang telah diternakkannya di kebun kelapa sawit yang sudah mencapai 200 ekor. Kompos ini juga diformulasikan dengan limbah sawit lainnya seperti tandan kosong dicampur dengan kotoran sapi. Kompos yang diformulasikannya ini telah mampu memperkerjakan petani dan masyarakat sekitar sebanyak 60 orang dengan jumlah produksi sebesar 1500 ton/bulan. Tak main-main Konsumen tetap kompos Supari ini perusahaan sawit besar seperti WKS dan Sinarmas dan petani sekitar.
Integrasi sawit sapi ini diharapkan dapat mengatasi ketergantungan Indonesia dengan daging impor dan sebagai salah satu bentuk pengembangan sapi lokal seperti harapan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) jika mengisi 20 persen dari lahan sawit yang ada, maka masalah daging sapi bisa ditekan, bahkan diselesaikan. Ia menyebut dalam waktu dekat, Kementan akan melakukan koordinasi lanjutan dengan para pimpinan daerah, untuk dijadikan advisor dalam mensukseskan program integrasi sawit-sapi ini.
“ Membangun pertanian khususnya mewujudkan swasembada daging sapi adalah tanggung jawab berabagai pihak. Misalnya, gubernur, bupati dan semua pemerintah daerah serta para pelaku usaha, sehingga semuanya harus bersinergi. Oleh karena itu, diplomasi pertanian sangat penting dengan eksternal kementan. Koordinasi dengan swasta, pemerintah daerah dan stakeholder lain sangat penting. Untuk kepetingan rakyat harus bisa bekerjasama dan berkoordinasi di lapangan,” tambah Mentan SYL.
Mentan Syahrul juga mengingatkan bahwa swasembada pangan khususnya daging dapat diwujudkan dengan berorientasi bisnis dan harus memikirkan pasar. “Selama ini swasembada sulit dicapai atau tidak jalan karena tidak memikirkan pasar. Kita sering hanya memikirkan budidaya atau on farm-nya saja tanpa memikirkan bisnisnya,” tandasnya.
Penulis : Yunisa Tri Suci