Kuala Tungkal, Oerban.com – Salah satu limbah pertanian yang pemanfatannya belum maksimal adalah jerami. Jerami juga merupakan limbah pertanian terbesar setelah proses panen, beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan jerami adalah faktor teknis dan ekonomis. (13/12/2020)
Disisi lain jerami yang menumpuk setelah panen sering menjadi masalah bagi petani dan dibakar begitu saja.
Tentu nya pembakaran limbah jerami ini sangat tidak baik untuk lingkungan dan mengganggu perkembangan mikroorganisme tanah tempat pembakaran tersebut.
Berdasarkan kebiasan petani di lapangan ini, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan provinsi jambi melalui UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jambi bersama Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengadakan kegiatan pembuatan kompos Jerami.
Berlokasi di Desa Rawa Medang Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjung Jabung Barat pembuatan kompos jerami ini dilakukan di Gapoktan Maju Jaya yang dengan ketua Gapoktan Muhidi.
Pembuatan kompos ini tidak hanya diikuti oleh anggota Gapoktan Maju jaya tetapi juga diikuti oleh 12 perwakilan Kelompok tani se rawa Medang.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh UPTD-BPTPH Provinsi Jambi, Koordinator PHP Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Koordinator Penyuluh dan PenyuluhKecamatan Batang Asam, Serta Perwakilan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Adapun Bahan yang digunakan untuk pembuatan kompos jerami ini adalah 28 ton kotoran sapi, 30 kg trichoderma, dan 15 ton jerami.
Penggunaan trichoderma berfungsi sebagi agen hayati untuk mempercepat proses pengomposan sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sesuai kebutuhannya dan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dan mudah dilaksanakan. “Trichoderma” yang digunakan selain untuk mempercepat pengomposan juga akan berperan sebagai pengendali OPT terutama yang bersifat tular tanah.
Salah satu petani peserta kegiatan pembuatan kompos jerami ini mengatakan kompos jerami sangat bermanfaat untuk pengganti pupuk kimia sehingga dapat menjaga tanah untuk warisan kepada anak cucu di masa depan.
Sedangkan Kepala BPTPH Provinsi Jambi berpesan kepada petani untuk tidak membakar jerami lagi dan terus memanfaatkan jerami sebagai pupuk sebab pembakaran akan membuat lingkungan tercemar dan mengganggu perkembangan musuh alami bagi hama penyakit yang ada.
Kegiatan Pembuatan Pupuk Kompos Jerami ini sesuai arahan dari Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian – Kementerian Pertanian RI (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi yang mengajak penyuluh senantiasa mengingatkan petani memaksimalkan pemakaian pupuk organik, meningkatkan kualitas tanaman dan kuantitas hasil panen. Menurutnya, teknologi pemupukan berimbang berkembang pesat.
Pupuk tidak hanya dimasukkan ke tanah, tapi bisa disemprotkan ke batang tanaman, atau disuntik ke tubuh tanaman untuk memenuhi kebutuhan hara, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman.
Selain pupuk kimia, ada pupuk organik, bahkan saat ini digalakkan pupuk hayati, untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanah.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang kerap kali mengingatkan petani agar tidak terlalu bergantung pada pupuk buatan karena berpeluang mengikis biaya operasional bercocok tanam.
“Jangan terlalu bergantung pada pupuk kimia. Pupuk organik lebih bagus. Petani harus belajar dan membiasakan tidak bergantung pada subsidi pupuk, walau pemerintah selalu menyediakan anggaran besar pupuk subsidi untuk petani,” kata Mentan Syahrul dalam setiap kesempatan jumpa petani dan penyuluh melalui virtual atau off air pada kunjungan kerja di daerah.
Penulis : Yunisa. TS
Editor : Tim Redaksi