Kota Jambi, Oerban.com – Akhir-akhir ini, Indonesia diviralkan dengan Akun Twitter Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia yang menyebut Presiden Joko Widodo sebagai The King of Lip Service.
Dan kini Akun Instagram Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Negeri Semarang juga memberikan gelaran terbaru yang menyengat untuk Wapres KH Ma’aruf Amin The King of Silent (Raja Diam).
Maka presiden dan wakil presiden resmi punya gelar, yang itu bisa diingat sepanjang masa. Pemberian gelar ini menuai kontroversi khususnya dikalangan mahasiswa,akademisi bahkan politisi yang ikut andil dalam mengeluarkan pendapat.
Disamping itu, Adi Tri Saputra selaku Mahasiswa Universitas Jambi juga turut bersuara atas kejadian tersebut
“Menurut saya itulah bentuk kreativitas mahasiswa dalam pemanfaatan teknologi untuk mengkritik pemerintah yang meski hanya gelaran, tapi daya sengatnya dahsyat. Itu lebih dahsyat dari demonstrasi ribuan mahasiswa mengepung istana negara sekalipun. Demonstrasi itu hanya diingat sesaat dan memerlukan masa yang banyak, tapi gelaran ini, punya daya kekuatan magis yang dahsyat dan dengan durasi yang panjang”. Katanya
Dan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia mengingatkan juga kepada Presiden ketika menyampaikan janji-janji kemudian bisa memastikan hal tersebut.
Sesuai dengan realita pelaksanaan di lapangan. Bukan sebatas lip service belaka untuk menenangkan saja tanpa berpikir jauh.
Alasan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia memberikan gelar Lip Service itu karena mereka melihat tidak sesuai apa yang presiden sampaikan dengan realita yang ada.
Misalnya, perkataan Presiden janji perkuat KPK, Faktanya Deretan Upaya Pelemahan KPK, dari Revisi UU, kontroversi Firli Bahuri hingga Tes alih status ASN. Kemudian Jokowi mengatakan Jika tidak puas Omnibus Law silakan bawa ke MK. Faktanya Jokowi minta MK Tolak semua gugatan tentang UU Cipta Kerja.
Buntut panjang dari unggahan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia menuai beragam reaksi, mulai dari reaksi komentar,pemanggilan 10 anggota BEM UI oleh Rektorat UI,
hingga upaya peretasan akun media sosial beberapa anggota BEM UI oleh pihak tak dikenal.
Bahkan, BEM KM Unnes menilai Ma’ruf Amin menihilkan eksistensinya di mata publik dan tak memberikan jawaban yang lugas, gamblang dan jelas dalam menanggapi problem multidimensional bangsa dan negara, terutama pada masa pandemi Covid-19.
“Nihil dan absenya Wakil Presiden Ma’ruf serta hanya menanggapi pada hal-hal yang bukan merupakan bagian dari domain tupoksi Wakil Presiden, maka BEM KM Unnes memberikan gelar kepada Wakil Presiden sebagai “The King Of Silent”, Kata Presiden Mahasiswa BEM KM Unnes Wahyu Suryono Pratama.
Secara umum masyarakat menilai Ma’aruf Amin terlihat absen dan diam.
Anehnya lagi, dalam beberapa kali memberikan tanggapan di muka publik, justru Ma’ruf Amin terkesan sebagai legitimator kebijakan pemerintah dengan argumentasi dan klaim yang amat bias agama dan identitas, yakni agama islam.
“Hal ini tampak pada statement politiknya tentang halalnya BPJS dan hukum Fardhu Kifayah melaksanakan vaksinasi Covid-19. “tulis akun instagram BEM KM Unnes.
Penulis: Adi Tri Saputra