Jakarta, Oerban.com – Potensi Indonesia di sejumlah sektor harus menjadi modal untuk menatap ekonomi Indonesia di tahun 2022. Krisis global dalam sejarah adalah ruang untuk pembelajaran menuju perbaikan ekonomi tahun ini.
“Ada optimistik dalam menatap perekonomian pada 2022, bila kita mampu melanjutkan kehidupan dengan norma-norma baru yang melahirkan kenormalan baru,” kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Menatap Ekonomi Indonesia 2022 yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (19/1).
Diskusi yang dimoderatori Radityo Fajar Arianto, (Ekonom, Direktur Sparklab Universitas Pelita Harapan) itu menghadirkan Teten Masduki (Menteri Koperasi dan UKM), Muhammad Chatib Basri(Menteri Keuangan 2013–2014), Hendri Saparini (Founder dan Ekonom Senior CORE Indonesia) dan David Sumual (Kepala Ekonom BCA) sebagai narasumber.
Selain itu hadir juga Dianta Sebayang (Ekonom, Masyarakat Ekonomi Syariah/MES) dan Tomy C Gutomo (Wartawan Ekonomi, Direktur Utama Harian DISWAY) sebagai penanggap.
Menurut Lestari, sebagai sebuah negara untuk mengatasi dampak pandemi dan bangkit kembali harus diciptakan sinergi dan kolaborasi antara semua elemen bangsa.
Upaya untuk mendeteksi sejumlah potensi yang dimiliki dan berbagai usaha antisipasi dari ancaman yang akan terjadi, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, diharapkan dapat membantu dalam percepatan perbaikan ekonomi tahun ini.
Apalagi, ujar Legislator NasDem itu, Presiden Jokowi beberapa waktu lalu minta masyarakat untuk bersama-sama bersikap optimistis dalam membangun dan mempercepat tercapainya target pertumbuhan ekonomi.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu mengungkapkan bahwa saat ini kita dihadapkan pada perkembangan ekonomi digital yang luar biasa. Fenomena tersebut, kata Rerie, tidak bisa dikesampingkan begitu saja dan diharapkan mampu berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki memperkirakan pemulihan sektor UMKM akan lebih baik pada 2022. Karena sejumlah pondasi untuk pemulihan, sudah diupayakan pemerintah, seperti pinjaman modal dengan bunga ringan dan pembukaan sejumlah pasar baru bagi sektor UMKM.
Saat ini, jelas Teten, sudah sekitar Rp350 triliiun atau 79,1% dari target dana yang sudah disalurkan untuk UMKM. Sehingga, Teten berharap pemulihan UMKM tidak sekadar kembali ke posisi sebelum pandemi, tetapi bisa tumbuh lebih baik lagi agar sektor UMKM nasional mampu bersaing di masa datang.
Teten memperkirakan, perempuan, anak muda dan ekonomi hijau akan menjadi penggerak ekonomi di masa depan. Upaya yang harus dilakukan selanjutnya, adalah mendorong UMKM bergerak mengelola sektor riil agar cakupannya lebih luas lagi.
Untuk merealisasikan langkah tersebut, tambah Teten, pemerintah memerlukan dukungan semua pihak agar UMKM bangkit untuk mewujudkan Indonesia maju.
Menteri Keuangan 2013–2014, Muhammad Chatib Basri mengungkapkan sejumlah negara memiliki pola pemulihan ekonomi yang berbeda. Sektor kesehatan dan vaksinasi, kata Chatib, menjadi penentu dalam proses pemulihan ekonomi di suatu negara.
“Jadi saat ini pemulihan ekonomi akan sangat tergantung pada kinerja Menteri Kesehatan dalam mengatasi problem kesehatan,” ujarnya.
Di sektor riil, Chatib menyarankan agar rantai pasokan dalam perdagangan harus melakukan diversifikasi daerah tujuan ekspor untuk memperkuat sektor tersebut.
Chatib mengaku sulit untuk memperkirakan besaran angka pertumbuhan ekonomi secara lebih rinci tahun ini, karena masih ada sejumlah variabel yang tidak pasti, seperti pandemi.
Sedangkan Founder dan Senior Ekonom CORE Indonesia, Hendri Saparini memperkirakan kondisi perekonomian 2022 akan lebih baik daripada tahun 2021.
Menurut dia, secara umum pada tahun 2022 perekonomian Indonesia optimistis. Namun, Indonesia masih punya sejumlah pekerjaan rumah, sehingga optimisme itu sangat tergantung pada kemampuan bangsa ini menuntaskan pekerjaan rumah tersebut.
Hendri menilai, perekonomian kita didominasi ekonomi domestik lewat konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Meski begitu, ujarnya, sejumlah perubahan global, seperti perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok misalnya, berpotensi mempengaruhi pertumbuhan domestik.
Demikian pula, jelas Hendri, banyaknya kekhawatiran terhadap pandemi lewat kebijakan menekan mobilitas masyarakat. Padahal, pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari terjadinya mobilitas masyarakat.
Untuk mempertahankan dan mendorong pertumbuhan, Hendri menyarankan agar pertumbuhan ekonomi domestik dioptimalkan.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual menilai perekonomian Indonesia saat ini sudah masuk masa pemulihan lewat peningkatan demand konsumen.
Pemulihan demand, ujar David, juga sudah terjadi di luar Jawa lewat boomingnya sektor komoditas. Diakuinya pemulihan ekonomi sudah menjangkau sejumlah sektor saat ini.(*)
Editor: Renilda Pratiwi Yolandini