email : [email protected]

23.7 C
Jambi City
Friday, November 22, 2024
- Advertisement -

Literasi yang Mensejahterakan

Populer

Kota Jambi, Oerban.com – Literasi secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca. Proses panjang ini sebenarnya telah diajarkan sejak sekolah dasar, akan tetapi kesenjangan pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor membuat praktiknya menjadi kurang maksimal. Sejarah kebudayaan kita dalam budaya lisan yang bergerak pada budaya tulisan, saat ini bahkan telah memasuki babak baru dalam menghadapi situasi digital. Jika dulu terdapat keterbatasan akses teknologi, terutama dalam hal penggunaan gawai, maka hari ini kita dapat melihat hampir sebagian orang telah memilikinya.

Dalam situasi pandemi yang mengubah wajah pendidikan menjadi sistem pembelajaran jarak jauh misalnya, anak-anak sekolah tidak lagi menjalankan kegiatan belajar secara langsung. Dalam hal ini, para siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Ironisnya, situasi digital begitu luwes. Berbagai jenis media sosial dan permainan game online yang terdapat disana bisa jadi malah mengalihkan fungsi gawai sebagai sarana pembelajaran. Ada kompleksitas pemaknaan ketika membahas tentang dunia maya. Bukan hanya untuk anak-anak, masyarakat secara umum juga digiring untuk mampu menyesuaikan diri dan memanfaatkan segala bentuk kemudahan di media sosial dengan bijak.

Literasi yang mensejahterakan

Dalam prosesnya, literasi dapat saja mensejahterakan. Dalam psikologi, membaca terdapat salah satu terapi yang menggunakan kegiatan membaca sebagai media untuk membantu proses penyembuhan kejiwaan yang biasa disebut “biblioterapi” yaitu penggunaan medis yang menggunakan literatur sebagai media yang membantu untuk kesembuhan seseorang. Membaca juga dipercaya dapat memperpanjang umur dan meluaskan pikiran.

Selanjutnya, berbicara mengenai menulis tentu juga akan mengarahkan pada kesejahteraan. Baik secara finansial maupun kesejahteraan yang lebih luas. Kemampuan menulis merupakan rentetan panjang atas pembacaan secara tekstual dan kontekstual. Mereka yang dapat menulis memiliki tingkat kecerdasan yang lebih baik. Dalam catatan historis, para tokoh bangsa umumnya ialah mereka yang memiliki gagasan dan mampu menuliskan serta menjelaskannya kepada orang banyak.

Baca juga  Anomali Istilah Self-Love: Mencintai Diri Sendiri atau Justru Mencintai Ego Sendiri?

Kemampuan menulis dan membaca kemudian dapat menjadi titik tolak pemahaman dalam mengkaji dan menganalisis berbagai berita yang hari ini terus-menerus muncul disekitar kita. Kesejahteraan dalam hal ini tidak terbatas pada individu saja, namun, lebih jauh bagaimana agar bisa secara kolektif ikut menyebar di kalangan masyarakat. Pada kenyataannya satu berita bohong (hoax) dapat memicu perseteruan. Kemampuan memilih dan memilah informasi ini merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang sehingga, ruang Maya atau berbagai informasi tidak ikut menyumbang permasalahan di dunia nyata.

Anak muda, media dan upaya pegiat literasi

Sudah bukan rahasia jika anak muda, sejak masa ke masa memiliki kemampuan lebih dalam setiap gerakan. Baik di dunia aktivisme maupun gerakan sosial, pemuda menjadi pelopor gerakan. Mengutip perkataan Asfinawati, pemuda dapat dipercaya dalam gerakan karena belum terlalu berkarat dalam sistem. Ini pulalah yang membuat sejumlah aksi dapat begitu menular dan menaruh perhatian. Semangat yang masih membumbung tinggi disertai dengan rasa keingintahuan yang tinggi, membuat mereka yang berada dalam kelompok ini memiliki nilai dan ide yang tak terduga.

Aksi-aksi tersebut dapat kita telusuri dalam berbagai media. Media memiliki peran penting dalam mengendalikan isu atau permasalahan. Perspektif dan keberpihakan media dalam permasalahan tertentu menentukan jejaring dan kepahaman orang banyak. Tidak heran jika dalam sejarah perkembangan Indonesia, industri media juga memiliki tempat dan peran yang sangat vital. Media-media inilah yang kemudian biasa direbut oleh para pegiat literasi, di tengah kondisi pandemi, pegiat literasi hari ini juga harus berlomba mengupgrade upaya mereka dalam menyebarkan virus literasi. Hal ini tidak lain, sebagai upaya membantu pemerintah juga sebagai pondasi untuk tetap mensejahterakan melalui literasi.

Baca juga  Minimnya Minat Baca Generasi Muda di Era Milenial
- Advertisement -

Artikel Lainnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru