Karya: Zuandanu Pramana Putra
Serupa candu yang terus berdengung di telinga
Terdengar mesra tatkala angin menerpanya
Semakin terasa saat kelam menghampiri
Ingatan menjelma menjadi bayang
Lalu hadir di setiap sudut pandang.
Kala dunia mempercundangi
Lewat takdir yang begitu angkuh
Atas nama Tuhan ia menghukum
Tiada sebab berujung akibat.
Masih jelas ingatan itu
Saat pertama kali senyuman terlontar
Ruang dan waktu menjadi saksi
Kau lukisan paling indah yang pernah tercipta.
Andai lidahku tak patah karenamu
Segala rasa akan tercurah
Tak perlu hitam di atas putih
Terlalu abstrak untuk dimengerti
Olehmu; yang tak pernah sudi membaca ini.
Jambi, 2021