email : [email protected]

25.7 C
Jambi City
Jumat, Juli 5, 2024
- Advertisement -

Mengoptimalkan Pengorganisasian Manajemen Bimbingan dan Konseling: Menuju Layanan yang Lebih Efektif

Populer

Oleh: Misda Umayah*

Oerban.com – Manusia memiliki dua dimensi pada dirinya yaitu yang bersifar materialistik dan immaterial. Materialistik terdiri dari fisik dan semua hal yang melekat dalam tatanan materi, sedangkan immaterial terdiri atas struktur jiwa. Manusia secara materi membutuhkan makanan agar dapat hidup dengan baik. Manusia secara immateril membutuhkan asupan emosi agar tetap hidup. Emosi dapat tercipta dari dukungan, motivasi, bimbingan psikologis dan lain sebagainnya.

Kebutuhan emosi ini dirasakan oleh semua manusia. Ketika mereka menempuh pendidikan atau menjalani keseharian, tidak jarang tekanan dan tantangan silih berganti mereka hadapi. Hal demikian akan berimplikasi pada psikologis mereka. Terdapat dua respon yang dapat timbul, pertama respon positif yang menjadikan tekanan dan tantangan sebagai stimulan motivasi. Kedua, respon negatif yang berakibat pada terganggunya kesehatan mental.

Persoalan demikian memerlukan sebuah solusi konkrit dan terukur. Dalam dunia pendidikan solusi yang telah diaktualisasikan berupa adanya bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah. Pemerintah dapat memperluas layanan ini kepada masyarakat umum.

Realisasi bimbingan dan konseling di masyarakat kerap kali menemui masalah. Sarana dan prasarana masih belum memadai. Masyarakat masih belum sadar akan pentingnya bimbingan dan konseling. Akibatnya tujuan dari bimbingan dan konseling tidak tercapai secara maksimal.

Baca juga: Bimbingan Karir dan Konseling Online untuk Menghadapi Disrupsi Era Industri 4.0

Berdasarkan data dari Kemenkes, 1 dari 10 orang atau 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Kondisi yang memperihatinkan bagi generasi masa depan bangsa.

Di sisi lain ahli Educational Psychologist mengatakan bahwa 87% mahasiswa di Indonesia merasa salah mengambil jurusan. Fenomena ini dapat terjadi akibat kurangnya informasi dan bimbingan terhadap hal terkait sehingga keputusan yang diambil tergolong ambisius yang tidak terukur.

Baca juga  Penggunaan Teknologi Informasi pada Layanan Bimbingan Konseling

Hal demikian menandakan perlunya bimbingan dan konseling agar penduduk Indonesia lebih sehat secara psikologis dan terarah dalam menentukan pilihan masa depan.

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di masyarakat perlu memerhatikan banyak aspek. Aspek sumber daya tenaga profesi di bidang ini harus disiapkan secara matang. Kualifikasi dan standarisasi perlu diadakan agar tujuan dari bimbingan dan konseling dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Kemudian sistem pelayanan harus mudah dan bebas akses semua kalangan. Ditambah dengan pengadaan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang baik akan memudahkan tenaga profesi menjalankan tugasnya. Sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.

Banyak variabel yang harus diperhatikan dan dipenuhi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengorganisasian manajemen bimbingan dan konseling. Hal ini dicanangkan sebagai upaya menuju layanan yang lebih efektif.

Pengorganisasi manajemen bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan perencanaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Gibson (2011: 566) menyatakan bahwa manajemen bimbingan dan konseling melibatkan berbagai kegiatan yang mendukung tugas sehari-hari staf konseling, seperti aktivitas administratif berupa pelaporan dan pencatatan, perencanaan dan pengendalian anggaran, manajemen fasilitas, serta pengelolaan sumber daya.

Selanjutnya, Prayitno (2015) menyatakan bahwa pengelolaan bimbingan dan konseling berpusat pada empat kegiatan utama: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling).

Perencanaan merupakan tahap awal dalam proses pengorganisasian manajemen bimbingan dan konseling. Pada tahapan ini yang harus dilakukan adalah analisis masalah. Objek masalah harus ditemukan terlebih dahulu agar strategi yang dirumuskan tepat sasaran.

Berdasarkan data yang telah terhimpun, terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan orientasi tujuan. Ragam bimbingan dan konseling disesuaikan dengan objek masalah dan orientasi tujuan. Ragam bimbingan dapat berupa bimbingan akademik, bimbingan keluarga, bimbingan pribadi, bimbingan karir, bimbingan sosial, dll.

Baca juga  PENTINGNYA STANDAR PELAYANAN PUBLIK : BAPELTAN JAMBI LAKUKAN PUBLIK HEARING

Dalam perencanaan, instrumen pelaksana seperti sumber daya tenaga profesional, sarana dan prasarana, serta sistem harus disiapkan dengan baik. Riset kebutuhan dan kondisi di lapangan menjadi sebuah keharusan untuk mempersiapkan instrumen pelaksana dengan ideal. Bekolaborasi dengan pemerintah, perusahaan swasta, dan elemen-elemen masyarakat harus dioptimalkan.

Pada segmen selanjutnya yakni pengorganisasian. Rencanaan yang telah ditetapkan akan didistribusikan kepada bagian-bagian yang lebih kecil (spesifik). Misalnya, pengelompokan tugas bimbingan dan konseling, pelaksana teknis operasional, administrasi, keuangan, serta konselor dan tim pelaksana lainnya.

Adanya pengorganisasian adalah berguna untuk mengefektifkan realisasi rencana dan memastikan usaha yang dilaksanakan terukur dalam mencapai tujuan. Semakin terjangkau dan mudahnya akses bimbingan dan konseling, membuat masyarakat tertarik untuk berpartisipasi aktif dalam program tersebut.

Program ini dapat dilaksanakan di sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Dalam proses pelaksanaanya. Pemberi layanan baik secara mandiri ataupun kelompok harus menggunakan pendeketan yang relevan dengan sasaran program.

Pendekatan media sosial menjadi salah satu cara yang tepat untuk mendekatkan diri pada pemuda-pemuda gen z. Konten-konten menarik dan exposure terus menerus tentang bimbingan dan konseling akan menarik atensi anak-anak muda. Hal ini memudahkan pemberi layanan merealisasikan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Kemudahan dalam mengakses layanan bimbingan dan konseling akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Tentunya hal ini tidak serta merta tercapai hanya dengan melaksanakan prosedur secara kaku belaka. Namun, manuver yang terjadi di lapangan perlu dilakukan agar layanan tepat sasaran.

Pada proses pelaksanaan program ini, tidak jarang terjadi hambatan menghadang. Baik dari aspek internal maupun eksternal. Upaya yang mesti dilakukan adalah melakukan controlling (evaluasi). Evaluasi adalah upaya untuk menilai sejauh mana pelaksanaan mendekati paramater keberhasilan program. Menjaring laporan dari konselor, dan bidang lainnya untuk digunakan sebagai data evaluasi. Hasil dari evaluasi berupa feedback saran dan kritikan, nilai program, dan hal-hal yang harus ditindaklajuti kedepannya.

Baca juga  Tantangan dan Manfaat Pelaksanaan Cybercounseling pada Layanan Bimbingan dan Konseling di Era Digital

Program bimbingan dan konseling merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan dasar immateril manusia. Memberikan dukungan, motivasi, bimbingan psikologis, dan arahan berguna untuk memastikan setiap individu mendapatkan kebutuhan dasar tersebut. Efek domino dari kesehatan mental dan sosial akan berdampak kepada kehidupan sebuah negara.

Melalui optimalisasi pengorganisasian manajemen bimbingan dan konseling, diharapkan masyarakat mendapatkan pelayanan yang lebih efektif. Pelayanan yang terukur dan masif adalah bentuk pelayanan yang terbaik. Hal ini adalah usaha untuk memanusiakan manusia.

Referensi: 

Gibson, Robert L. & Marianne H. Mitchell, 2011. Bimbingan dan Konseling, Terj., Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Prayitno & Erman. A. 2015. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut dan Desak Nila Kusmawati. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Terry, George R. 2005. Principles of Management, Alexander New York: Hamilton. Institute,

Willis, Sofyan S., 2008. Konseling Keluarga (Family Counseling), Bandung: ALFABETA.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika. 2010. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20231012/3644025/menjaga- kesehatan-mental-para-penerus-bangsa/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5828770/87-persen-mahasiswa-ri-merasa -salah-jurusan-apa-sebabnya.

*penulis merupakan mahasiswi S1 Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN Walisongo Semarang. 

- Advertisement -

Artikel Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Berita Terbaru