Ankara, Oerban.com — Turki pada hari Selasa (2/5/2023) mengumumkan bahwa Mesir akan mengizinkan warganya untuk mengajukan visa setelah mendarat di negara itu, dalam langkah terbaru ketika kedua kekuatan regional itu menempatkan ketegangan bertahun-tahun di belakang dan memperbaiki hubungan yang berantakan.
Pengumuman itu muncul hampir sebulan setelah Turki dan Mesir mengatakan mereka akan meningkatkan hubungan diplomatik mereka ke tingkat duta besar sesegera mungkin dan menunjuk kembali utusan mereka.
Kedua negara menarik duta besar setelah hubungan sangat tegang pada 2013 setelah panglima militer Mesir Abdel-Fattah el-Sissi, sekarang presiden negara itu, memimpin penggulingan Presiden Mesir Mohamed Mursi, sekutu Ankara.
Hubungan secara bertahap mencair sejak 2021 melalui konsultasi antara pejabat senior kementerian luar negeri di Ankara dan Kairo.
Presiden Recep Tayyip Erdogan dan el-Sisi bertemu sebentar pada bulan Desember di Piala Dunia Qatar di mana mereka berjabat tangan.
Pemulihan hubungan antara kedua negara adalah bagian dari upaya Turki untuk membangun jembatan dan memperbaiki hubungan dengan negara-negara regional. Turki baru-baru ini juga memperbaiki hubungannya dengan Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Erdogan telah berulang kali mengatakan Turki berharap untuk memaksimalkan kerja samanya dengan Mesir dan negara-negara Teluk atas dasar win-win, mengintensifkan diplomasi setelah bertahun-tahun ketegangan.
Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu pada pertengahan Maret menjadi pejabat Turki berpangkat tertinggi yang mengunjungi Mesir dalam lebih dari satu dekade. Pada bulan Februari, mitranya Sameh Shoukry mengunjungi Turki untuk menunjukkan solidaritas setelah gempa bumi besar yang menewaskan lebih dari 50.000 orang, menandai perjalanan pertama oleh diplomat top Mesir sejak hubungan memburuk.
“Warga kami yang akan melakukan perjalanan ke Mesir akan bisa mendapatkan visa mereka dari gerbang perbatasan Mesir mulai sekarang,” kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan Selasa.
Kairo dan Ankara juga berselisih mengenai Libya, di mana mereka mendukung faksi-faksi yang berlawanan dalam konflik yang belum terselesaikan, dan juga mengenai perbatasan maritim di Mediterania Timur yang kaya gas.
Mesir, yang telah berjuang untuk mengelola kekurangan mata uang asing akut, mengatakan pada bulan Maret bahwa perusahaan-perusahaan Turki telah berkomitmen untuk $ 500 juta dalam investasi baru di negara itu.
Sumber: Daily Sabah
